tag:blogger.com,1999:blog-41034271388457080382023-11-16T22:04:37.396+07:00A b i e n y a "NaNaz" (Naura&Nazla)Akhir sebuah doa...Aaamiin...Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.comBlogger13125tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-82254405002117980902017-10-10T14:06:00.002+07:002017-10-10T14:28:21.490+07:00Ayo Berwudhu Dengan Benar...<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxMPVrA3AYXYzBd2SHfUJJrMsj791TXLYm-3xPqv0eLYUOkDproqXx_Y2C292nEc14TbDcZ06NFBjewLkCBXu8_7rk2Uh6cBMuFZIfYtuI3vNrjG73NWIVJYQf7n3fUSiyeIbUGDr1TcE/s1600/Tata-Cara-Berwudhu-yang-Benar.png" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="535" data-original-width="807" height="132" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxMPVrA3AYXYzBd2SHfUJJrMsj791TXLYm-3xPqv0eLYUOkDproqXx_Y2C292nEc14TbDcZ06NFBjewLkCBXu8_7rk2Uh6cBMuFZIfYtuI3vNrjG73NWIVJYQf7n3fUSiyeIbUGDr1TcE/s200/Tata-Cara-Berwudhu-yang-Benar.png" width="200" /></a></div>
Mengetahui bagaimana tatacara wudhu yang benar adalah perkara yang sangat penting dikarenakan wudhu adalah ibadah yang sangat agung dan merupakan syarat sah ibadah sholat seseorang. Di samping itu wudhu mempunyai keutamaan yang sangat banyak dan itu dicapai dengan niat yang ikhlas dan berwudhu yang benar.<br />
<br />
<b>Kedudukan Wudhu dalam Sholat</b><br />
<b><br /></b>
Wudhu merupakan suatu hal yang tidak asing bagi setiap muslim, sejak kecil kita mengetahuinya bahkan telah mengamalkannya. Akan tetapi apakah wudhu yang telah kita lakukan selama bertahun-tahun itu telah benar sesuai dengan apa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW???<br />
Demikian juga telah kita ketahui bahwa wudhu merupakan syarat sah sholat, yang mana jika syarat tersbut tidak terpenuhi maka tidak akan terlaksana apa yang kita inginkan, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW :<br />
<div style="text-align: center;">
« لاَ تُقْبَلُ صَلاَةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ »</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>"Tidak diterima sholat orang yang berhadast sampai ia berwuhdu" </i><span style="font-size: x-small;">HR. Bukhori no. 135, Muslim no. 225</span></div>
<br />
Demikian juga Allah SWt telah berfirman :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
« يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ »</div>
<div>
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki”. (QS Al Maidah [5] : 6)</i></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
Maka marilah kita bersama-sama untuk mempelajari/memahami tata cara wudhu Nabi Muhammad SAW.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b>Pengertian Wudhu</b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: left;">
Secara bahasa wudhu berarti husnu/keindahan dan nadhofah/kebersihan. Wudhu untuk sholat dikatakan sebagai wudhu karena ia membersihkan anggota wudhu dan memperindahnya. Sedangkan menurut istilah dalam syari'at wudhu adalah peribadatan kepada Allah 'azza wa jalla dengan mencuci empat anggota wudhu dengan tata cara tertentu.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
استعمال الماء في الأعضاء الأربعة -وهي الوجه واليدان والرأس والرجلان- على صفة مخصوصة في الشرع، على وجه التعبد </div>
<div style="text-align: center;">
لله تعالى</div>
<div style="text-align: left;">
Menggunakan air pada anggota tubuh yang empat – wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki- menurut sifat (tatacara –ed) tertentu dalam syar’i dalam rangka beribadah kepada Allah Ta’aala. (Al-Fiqh al-Muyasar, hlm 33)</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
<b>Keutamaan Berwudhu</b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: left;">
Rasulullah SAW bersabda :</div>
<div style="text-align: left;">
<b><br /></b></div>
<div style="text-align: center;">
مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتِ أَظْفَارِهِ</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Barangsiapa yang membaguskan wudhu keluarlah dosa-dosanya dari jasadnya sampai keluar dari bawah kukunya.” (HR. Muslim no. 245)</i></div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: left;">
dalam hadist yang lain, Rasulullah SAW bersabda :</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ – أَوْ فَيُسْبِغُ – الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ</div>
<div style="text-align: center;">
وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Tidaklah salah seorang di antara kalian berwudhu dan sampai selesai atau menyempurnakan wudhu kemudian membaca doa : “Aku bersaksi tidak ada ilah (sesembahan) yang berhaq disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, melainkan akan dibukakan baginya delapan pintu surga yang dia bisa masuk dari pintu mana saja yang dia kehendaki.”</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: left;">
<b>Syarat-Syarat Wudhu</b></div>
<div style="text-align: left;">
<b><br /></b></div>
Wudhu mempunyai syarat yang sebagaimana syarat ibadah lainnya juga. Yaitu Islam, berakal, tamyyiz, niat, menggunakan air yang suci, menghilangkan apa yang dapat menghalangi sampainya air ke kulit seperti tanah, cat, atau yang lainnya. (silahkan lihat ar-Raudul Murbi’: 189, al-Mulakhos al-Fiqhy: 1/41)<br />
<br />
Penjelasannya secara singkat :<br />
<br />
1. Islam<br />
<br />
Ini adalah syarat sahnya ibadah termasuk wudhu menurut kesepakatan (ijma’) ulama. Di antara dalilnya adalah firman Allah Ta’aala,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلَّا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللهِ وَبِرَسُولِهِ</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<i>“Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya.” (at-Taubah: 54)</i><br />
<i><br /></i>
2. Berakal<br />
<br />
Orang gila tidak diterima wudhunya karena dia orang yang tidak berakal.<br />
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ وَعَنِ الصَّبِىِّ حَتَّى يَحْتَلِمَ وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Diangkat pena dari tiga orang, dari orang yang tidur sampai dia bangun, dari anak kecil sampai dia baligh, dari orang gila sampai dia berakal.” (HR. Abu Dawud no. 4450, at-Tirmidzi no. 1423 dan Ibnu Majjah no. 2041)</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
3. Tamyiiz (mampu membedakan yang baik dan yang buruk)<br />
<br />
Anak kecil yang belum tamyyiz tidak sah wudhunya.<br />
<br />
4. Niat<br />
<br />
Tentang hal ini Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<i>“Sesungguhnya amalan itu tergantung dari niatnya.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)</i><br />
<i><br /></i>
5. Menggunakan air yang suci<br />
<br />
Tidak boleh berwudhu dengan air yang najis, bahkan wajib untuk berwudhu dengan air yang suci.<br />
<br />
6. Menghilangkan apa yang dapat menghalangi sampainya air ke kulit<br />
<br />
Wajibnya untuk menghilangkan sesuatu yang dapat menghalangi sampainya air ke kulit agar apat tercapai kesempurnaan wudhu.<br />
<br />
<b>Fardhu-fardhu Wudhu</b><br />
<b><br /></b>
Menurut pendapat yang benar bahwasanya wajib dan fardhu mempunyai makna yang sama tidak ada perbedaan. Fardhu-fardhu wudhu ada enam yaitu : mencuci wajah termasuk bagian wajah berkumur-kumur dan istinsyaq, mencuci kedua tangan sampai siku, mengusap kepala seluruhnya dan termasuk bagian kepala kedua telinga, membasuh kedua kaki, tartib (berurutan), muwaalaat (berkesinambungan/tidak teputus). (Silakan lihat kitab Duruus al-Muhimmah li ‘aammatil Ummah, Syaikh Ibnu Baaz Rahimahullah)<br />
<br />
Dalilnya firman Allah Ta’aala:<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى المَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian hendak berdiri mengerjakan shalat, basuhlah wajah-wajah kalian, kemudian tangan-tangan kalian sampai siku, kemudian usaplah kepala-kepala kalian, kemudian basuhlah kaki-kaki kalian sampai kedua mata kaki.” (al-Maidah: 6)</i></div>
<br />
Di antara perkara yang hukumnya wajib adalah seseorang berwudhu secara tartib, yaitu berwudhu sesusi dengan runtutan yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya. Begitu juga diantara perkara yang wajib adalah al-Muwaalaat yaitu berkesinambungan dalam berwudhu sampai selesai tidak terhenti atau terputus.<br />
<br />
<b>Tatacara Wudhu</b><br />
<b><br /></b>
1. Niat .<br />
<br />
Yaitu berniat di dalam hatinya untuk berwudhu menghilangkan hadats atau dalam rangka untuk mendirikan shalat. hal ini berdasarkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Sesungguhnya amalan itu tergantung dari niatnya.” (HR. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907)</i></div>
<br />
Apa hukum niat dalam berwudhu?<br />
Niat adalah syarat sah wudhu dan mandi (mandi janabah) menurut pendapat yang benar, ini pendapatnya mayoritas ulama dari kalangan sahabat dan tabi’in, dalilnya berdasarkan hadits yang telah disebutkan di atas.<br />
<br />
Di mana tempatnya niat ?<br />
Niat tempatnya di hati tidak perlu diucapkan.<br />
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
وَالنِّيَّةُ مَحَلُّهَا الْقَلْبُ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ ؛ فَإِنْ نَوَى بِقَلْبِهِ وَلَمْ يَتَكَلَّمْ بِلِسَانِهِ أَجْزَأَتْهُ النِّيَّةُ بِاتِّفَاقِهِمْ</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Dan niat tempatnya dihati menurut kesepakatan para ulama, jika berniat dalam hatinya dan tidak diucapkan dengan lisannya cukup/sah sebagai niat menurut kesepakatan mereka.” (Majmu Fatawa:18/161)</i></div>
<br />
2. Tasmiyah (membaca Basmallah)<br />
<br />
Disyariatkan ketika seseorang hendak berwudhu untuk membaca basmalah, hal ini berdasarkan dalam sebuah hadits, dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
لاَ صَلاَةَ لِمَنْ لاَ وُضُوءَ لَهُ وَلاَ وُضُوءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللَّهِ تَعَالَى عَلَيْهِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Tidak ada shalat (tidak sah) orang yang shalat tanpa berwudhu dan tidak ada wudhu (tidak sah) wudhunya seseorang yang tidak menyebut nama Allah.” (HR. Abu Dawud no. 101, Ibnu Majjah no. 397, dan at-Tirmidzi no. 25 dan dihasankan oleh Syaikh al-Albani di Irwa’ no. 81 dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)</i></div>
<br />
Hukum membaca Basmallah ketika berwudhu?<br />
Tentang hal ini para ulama berbeda pendapat, dikarenakan perbedaan dalam menentukan shahih dan tidaknya hadits tentang masalah ini. Jumhur (mayoritas ulama) berpendapat membaca basmalah ketika berwudhu hukumnya sunnah. Sebagian ulama yang lain berpendapat hukumnya wajib dan sebagian yang lain berpendapat bukan sunnah. Wallahu a’lam bish shawwab adapun kami cenderung kepada pendapat jumhur yang mengatakan hukumnya sunnah membaca (باسم الله) ketika berwudhu. Dalilnya adalah dari hadits diatas yang menunjukkan wajibnya dan hal itu dipalingkan oleh sebuah ayat. Allah Ta’aala berfirman,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى المَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian hendak berdiri mengerjakan shalat, basuhlah wajah-wajah kalian, kemudian tangan-tangan kalian sampai siku, kemudian usaplah kepala-kepala kalian, kemudian basuhlah kaki-kaki kalian sampai kedua mata kaki.” (al-Maidah:6)</i></div>
<br />
Allah tidak menyebutkan pada ayat ini membaca (باسم الله) ketika berwudhu. Begitu juga pada hadits-hadits yang menerangkan tentang wudhunya Rasulullah tidak disebutkan membaca (باسم الله) ini menunjukkan hukumnya adalah sunnah.<br />
Berkata Ibnu Qudamah rahimahullah:<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
وإن صح ذلك فيحمل على تأكيد الاستحباب ونفي الكمال بدونها</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Jika shahih (hadits) itu maka dibawa kemakna atas penekanan sunnahnya dan peniadaan kesempurnaan tanpanya.” (Mugni:1/85)</i></div>
<br />
Syaikh al-Allamah Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah merajihkan sunnah membaca (باسم الله) ketika berwudhu (Syarhul Mumti’:1/358). Wallahu a’lam bish shawwab.<br />
<br />
Kapan dibaca dan bagaimana bacaannya?<br />
Dibaca setelah ia berniat untuk berwudhu sebelum melakukan seluruhnya dan yang dibaca adalah (باسم الله) sesuai dengan hadits. Wallahu a’lam.<br />
<br />
Lalu bagaimana hukum membaca basmallah ketika berwudhu di toliet?<br />
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah mengatakan dibaca di dalam hati. Adapun Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah pernah ditanya dengan pertanyaan: “Apakah seseorang terputus berdzikir sama sekali ketika berada di hammaam (wc) walau di dalam hatinya? Maka beliau menjawab,<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
وقال الشيخ عبد العزيز بن باز :</div>
<div style="text-align: right;">
الذِّكر بالقلب مشروع في كل زمان ومكان ، في الحمَّام وغيره ، وإنما المكروه في الحمَّام ونحوه :</div>
<div style="text-align: right;">
ذكر الله باللسان تعظيماً لله سبحانه إلا التسمية عند الوضوء فإنه يأتي بها إذا لم يتيسر الوضوء</div>
<div style="text-align: right;">
خارج الحمَّام ؛ لأنها واجبة عند بعض أهل العلم ، وسنة مؤكدة عند الجمهور .</div>
<div style="text-align: right;">
” فتاوى الشيخ ابن باز ” ( 5 / 408 )</div>
<br />
<i>“Dzikir di dalam hati disyariatkan pada setiap waktu dan tempat. Pada saat di wc atau selainnya. Dimakruhkan pada saat di wc dan yang semisalnya berdzikir menyebut nama Allah dengan lisannya sebagai pengagungan terhadap Allah -subhaanah- kecuali ketika berwudhu, dia harus mendatangkannya (membacanya –ed) apabila tidak mudah baginya berwudhu di luar wc; dikarenakan membaca bismillah ketika berwudhu hukumnya wajib menurut sebagian ulama dan sunnah muakad menurut jumhur (mayoritas ulama).” (Fatawaa’: 5/408)</i><br />
<br />
3. Membasuh kedua telapak tangan.<br />
<br />
Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali hal ini berdasarkan banyak hadits, di antaranya,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ إِنَائِهِ فَغَسَلَهُمَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِي الْوَضُوءِ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلاَثًا ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ ثُمَّ غَسَلَ كُلَّ رِجْلٍ ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَتَوَضَّأُ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا وَقَالَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ</div>
<br />
<i>Dari Humran –bekas budaknya Utsman bin Affan- beliau pernah melihat Utsman meminta air untuk wudhu, lalu beliau (Utsman) menuangkan air ke kedua telapak tangannya dari wadah tersebut maka dibasuhlah (dicuci) sebanyak tiga kali, beliau lantas mencelupkan tangan kanannya ke dalam air tersebut kemudian berkumur-kumur, istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) dan istinsyar (mengeluarkannya). Kemudian beliau membasuh wajahnya sebanyak tiga kali, kemudian membasuh tangannya sampai sikunya sebanyak tiga kali, kemudian mengusap kepalanya, kemudian membasuh (mencuci) setiap kakinya sebanyak tiga kali. Kemudian beliau berkata : “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berwudhu seperti wudhuku ini dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : ‘Barangsiapa yang berwudhu seperti wudhuku ini kemudian shalat dua rakaat tidak berkata-kata di jiwanya (khusyu’), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.’” (HR. Bukhari no. 159 dan Muslim no. 423)</i><br />
<br />
Hukum membasuh telapak tangan pada permulaan berwudhu?<br />
Para ulama ijma’ (sepakat) tentang hukumnya sunnah membasuh kedua telapak tangan dalam permulaan berwudhu sebagaimana yang dinukilkan oleh Ibnul Mundzir dan al-Imam an-Nawawi rahimahullah.<br />
Berkata al-Imam Ibnul Mundzir rahimahullah:<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
أجمع كل من نحفظ عنه من أهل العلم على أن غسل اليدين في ابتداء الوضوء سنة</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Telah ijma’ (sepakat) setiap orang dari kalangan ahlu ilmi (para ulama) yang kami hapal darinya bahwa membasuh kedua telapak tangan pada permulaan wudhu hukumnya sunnah.” (Al-Ausath:1/375)</i></div>
<br />
Hukum menyela-nyela jari jemari tangan dan kaki ketika berwudhu<br />
Disyariatkan untuk menyela-nyela jari jemari tangan dan kaki ketika berwudhu, hal ini berdasarkan pada sebuah hadits dimana<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
أَسْبِغِ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمًا</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Sempurnakanlah dalam berwudhu, sela-selalah jari jemari, bersungguh-sungguh dalam beristinsyak (memasukkan air kedalam hidung dengan tarikan nafas –ed) kecuali dalam keadaan berpuasa.” (HR. Ashabus Sunan, dan sanadnya shahih. Hadits ini tercantum pada shahihul musnad Syaikh Muqbil rahimahullah no 1096).</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
Adapun tentang hukumnya para ulama berselisih pendapat. Sebagian ulama berpendapat hukumnya sunnah menyela-nyela jari jemari tangan dan kaki ketika berwudhu. Sebagian yang lain bependapat wajib. Berkata Asy-syaikh Al-Allamah Abdullah al-Bassam rahimahullah: “Sampainya air kejari jemari kaki tanpa disela-sela, dengan ini sampailah pada batasan wajib (meratanya air keanggota wudhu –ed); maka yang tersisa tinggal yang hukumnya sunnah atas kehati-hatian dalam hal itu.” (Taudihul Ahkaam:1/218)<br />
<br />
4. Madmadhah (berkumur-kumur), Istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung dengan menghirupnya) dan istinsyar (mengeluarkan air dari hidung).<br />
<br />
Dalil tentang hal ini dalam banyak hadits di antaranya,<br />
Yang diriwayatkan oleh Humran tentang praktek wudhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang dilakukan oleh Utsman bin Affan sampai pada<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
ثُمَّ أَدْخَلَ يَمِينَهُ فِي الْوَضُوءِ ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَاسْتَنْثَرَ</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“…..Beliau lantas mencelupkan tangan kanannya ke dalam air tersebut kemudian berkumur-kumur, istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) dan istinsyar (mengeluarkannya)…” (HR. Bukhari dan Muslim)</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
Dalam hadits yang lain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
إِذَا تَوَضَّأَ أَحَدُكُمْ فَلْيَجْعَلْ فِي أَنْفِهِ ماء ثُمَّ لِيَنْثُرْ</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Jika salah seorang dari kalian berwudhu maka hendaknya dia menghirup air ke hidung lalu mengeluarkannya.” (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)</i></div>
<br />
Hukum berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) ketika berwudhu ?<br />
Para ulama berselisih pendapat tentang hal ini, Insya Allah pendapat yang rajih (tepilih) bahwasanya berkumur-kumur dan istinsyaq hukumnya wajib. Berdasarkan sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
إِذَا تَوَضَّأْتَ فَمَضْمِضْ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Jika kamu berwudhu maka berkumurlah.” (HR. Abu Dawud no. 144, dishahihkan oleh Syaikh al-Albani di shahih Abi Dawud no.131). Dan ini madzhabnya Ibnu Abi Laila, Hammad, Ishaaq dan masyhur dari Imam Ahmad.</i></div>
<br />
Bagaimana cara berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung)?<br />
Berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) dengan tangan kanan kemudian istintsar (mengeluarkan air dari hidung) dengan tangan kiri. Sebagaimana dalam sebuah hadits,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
وَنَحْنُ جُلُوسٌ نَنْظُرُ إِلَيْهِ فَأَدْخَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى فَمَلأَ فَمَهُ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ وَنَثَرَ بِيَدِهِ الْيُسْرَى فَعَلَ هَذَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ ، ثُمَّ قَالَ : مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى طُهُورِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَهَذَا طُهُورُهُ</div>
<br />
Dari Abdi Khoir berkata : “Suatu ketika kami duduk-duduk sembari melihat Ali yang sedang berwudhu. Lalu Ali memasukkan tangan kanannya, memenuhi mulutnya (dengan air) kemudian berkumur dan memasukkan air ke dalam hidung dan mengeluarkan air dengan menggunakan tangan kirinya. Dia melakukan hal itu sebanyak tiga kali lantas mengatakan, siapa yang suka untuk melihat tatacara wudhunya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam maka inilah sifat wudhunya beliau.” (HR. ad-Darimi dari Abdi Khair, Syaikh al-Albani mengatakan sanadnya shahih di al-Misykat 1/89)<br />
<br />
Apakah menggabungkan dengan satu cidukan untuk berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air kedalam hidung) atau memisahkan satu cidukan untuk berkumur-kumur dan mengambil air lagi untuk istinsyaq?<br />
Mayoritas ulama berpendapat menggabungkan cidukan air untuk berkumur-kumur dan istinsyaq. Sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari shahabat Abdullah bin Zaid yang mencontohkan wudhunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam: (sampai pada)<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفٍّ وَاحِدَةٍ فَفَعَلَ ذَلِكَ ثَلاَثًا</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Berkumur-kumur dan beristinsyaq (memasukkan air kehidung) dari satu telapak tangan dilakukan sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)</i></div>
<br />
5. Membasuh wajah.<br />
<br />
Membasuh wajah adalah mulai dari tempat tumbuhnya rambut kepala menuju ke bagian bawah kumis dan jenggot sampai pangkal kedua telinga, hingga mengenai persendian yaitu bagian wajah yang terletak antara jengot dan telinga.<br />
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’aala :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى المَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian hendak berdiri mengerjakan shalat, basuhlah wajah-wajah kalian, kemudian tangan-tangan kalian sampai siku, kemudian usaplah kepala-kepala kalian, kemudian basuhlah kaki-kaki kalian sampai kedua mata kaki.” (al-Maidah:6)</i></div>
<br />
Dan dalam banyak hadits diantaranya hadits yang diriwayatkan dari Humran maula (bekas budaknya) Utsman menuturkan bahwa Utsman meminta air wudhu lalu menyebutkan sifat wudhu Nabi shallallahu alaihi wasallam “… (sampai pada)<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Kemudian mencuci wajahnya sebanyak tiga kali..” (HR. Bukhari dan Muslim)</i></div>
<br />
Hukum membasuh wajah ketika wudhu?<br />
Para ulama ijma’ (sepakat) tentang wajibnya membasuh wajah didalam berwudhu. Sebagaimana dinukilkan oleh Imam At-Thahawi, Al-Maawardi, Ibnu Rusd, Ibnu Qudamah dan An-Nawawi.<br />
Apabila seseorang hendak membasuh wajah dan pada wajahnya ada jenggotnya<br />
Ada perinciannya<br />
Pertama: Apabila jengotnya lebat tidak dibasuh kecuali yang zhohir (bagian luar/permukaan jenggot) darinya.<br />
Kedua: Apabila jengotnya tipis, mayoritas ulama berpendapat wajib membasuhnya dan membasuh kulitnya, mereka berdalil pada keumuman ayat<br />
<div style="text-align: center;">
“Maka basuhlah wajah-wajah kalian” (Al-Maidah : 6).</div>
Menyela-nyelai jenggot, dalil tentang hal ini adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam dari sahabat Anas bin Malik rodhiyallahu ‘anhu,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
كَانَ إِذَا تَوَضَّأَ أَخَذَ كَفًّا مِنْ مَاءٍ فَأَدْخَلَهُ تَحْتَ حَنَكِهِ فَخَلَّلَ بِهِ لِحْيَتَهُ</div>
<div style="text-align: center;">
وَقَالَ « هَكَذَا أَمَرَنِى رَبِّى عَزَّ وَجَلَّ »</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Merupakan kebiasaan (Nabi shallallahu ‘alaihi was sallampent. ) jika beliau akan berwudhu, beliau mengambil segenggaman air kemudian beliau basuhkan (ke wajahnyapent) sampai ketenggorokannya kemudian beliau menyela-nyelai jenggotnya”. Kemudian beliau mengatakan, “Demikianlah cara berwudhu yang diperintahkan Robbku kepadaku”HR. Abu Dawud no. 145, Al Baihaqi no. 250 dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam Irwa’ul Gholil no. 92.</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: left;">
Dan cara menyela-nyelai jenggot adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam di atas yaitu dengan menyela-nyelainya bersamaan dengan membasuh wajah</div>
<br />
6. Membasuh kedua tangan sampai ke siku.<br />
<br />
Allah Subhaanahu wata’aala berfirman<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى المَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian hendak berdiri mengerjakan shalat, basuhlah wajah-wajah kalian, kemudian tangan-tangan kalian sampai siku, kemudian usaplah kepala-kepala kalian, kemudian basuhlah kaki-kaki kalian sampai kedua mata kaki.” (al-Maidah:6)</i></div>
<br />
Dan (إلى) pada ayat ini bermakna (bersama :مع ), maka wajib untuk memasukkan siku dalam penyucian kedua tangan.<br />
Dan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Humran Maula (bekas budaknya) Utsman menuturkan bahwa Utsman meminta air wudhu lalu mempratekkan sifat wudhu Nabi shallallahu alaihi wasallam “… (sampai pada)<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
وَيَدَيْهِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ ثَلاَثًا</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>mencuci kedua tangannya sampai kesiku sebanyak tiga kali…” (HR. Bukhari dan Muslim)</i></div>
<br />
Hukum membasuh kedua tangan sampai siku ketika berwudhu?<br />
Para ulama sepakat (ijma’) tentang wajibnya mencuci kedua tangan sampai ke siku. Sebagaimana dinukilkan oleh oleh At-Thahawi, Ibnu Abdil Bar, Ibnu Hazm, Ibnu Rusyd, Ibnu Qudamah dan An-Nawawi.<br />
<br />
Bagaimana jika seseorang tangannya atau bagian dari tangannya terpotong, masihkah dia wajib membasuh tangannya?<br />
Wajib baginya membasuh sisa tangan yang tersisa, yaitu jika tangannya terpotong dari bawah siku. Dan tidak ada kewajiban untuk membasuhnya jika sudah tidak ada lagi bagian yang dibasuh. Yaitu jika tangannya terpotong dari atas siku. Wallahu a’lam bish shawwab<br />
<br />
7. Mengusap kepala seluruhnya termasuk telinga.<br />
<br />
Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’aala :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى المَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Wahai orang-orang yang beriman, jika kalian hendak berdiri mengerjakan shalat, basuhlah wajah-wajah kalian, kemudian tangan-tangan kalian sampai siku, kemudian usaplah kepala-kepala kalian, kemudian basuhlah kaki-kaki kalian sampai kedua mata kaki.” (al-Maidah:6)</i></div>
<br />
Dan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Humran Maula (bekas budaknya) Utsman menuturkan bahwa Utsman meminta air wudhu kemudian berwudhu“… (sampai pada)<br />
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>kemudian mengusap kepalanya” (HR. Bukhari dan Muslim)</i></div>
<br />
Apa hukumnya mengusap kepala ketika berwudhu?<br />
Para ulama sepakat (ijma’) tentang wajibnya mengusap kepala ketika berwudhu. Sebagaimana dinukilkan oleh At-Thahawi, Ibnu Abdil Bar, Ibnu Rusyd, Ibnu Qudamah dan An-Nawawi dan yang lainnya<br />
<br />
Yang diusap sebagian kepala atau semua?<br />
Yang benar adalah wajib mengusap seluruh kepala berdasarkan ayat diatas dan karena inilah yang dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam banyak hadits yang menerangkan sifat wudhu Rasullullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan ini madzhabnya Imam Malik, Ahmad, Al-Mazini yang masyhur dari mereka.<br />
<br />
Apakah hal ini untuk laki-laki saja atau juga untuk wanita?<br />
Mengusap seluruh kepala untuk laki-laki dan wanita, sebagaimana disebutkan oleh IbnuTaimiyyah (Majmu Fatawa : 21/23).<br />
Diusap sekali atau tiga kali?<br />
Para ulama berselisih pendapat tentang hal ini, dan pendapat yang raajih (terpilih) insya Allah pendapat yang mengatakan diusap sekali, berdalil dengan hadits yang diriwayatkan oleh Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib dan Abdullah bin Zaid dan ini pendapatnya kebanyakan para ulama.<br />
<br />
Apakah kedua telinga termasuk kepala dan apa hukum mungusapnya?<br />
Kedua telinga termasuk kepala, hal ini berdasarkan sebuah hadits di mana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
الأُذُنَانِ مِنَ الرَّأْسِ</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Kedua telinga termasuk bagian dari kepala.” (HR. Ibnu Majah no 443 dan dishahihkan Syaikh Al-Albani di dalam shahih Ibnu Majah : 375 dan Irwa’ : 84)</i></div>
<br />
Adapun tentang hukumnya para ulama berbeda pendapat hal ini dikarenakan perbedaan dalam menentukan shahih dan tidaknya hadits di atas, sebagian ulama mengatakan wajib mengusap telinga seperti Imam Ahmad dan sebagian lagi berpandangan sunnah. Insya Allah pendapat yang raajih (terpilih) pendapat yang mengatakan hukumnya wajib berdasarkan dalil-dalil yang ada. Berkata Asy-Syaikh Al-Allamah Abdul ‘Aziz bin Baaz Rahimahullah: “Fardhu-fardhu wudhu ada enam … (disebutkan di antaranya)… mengusap seluruh kepala dan dan termasuk bagian kepala, kedua telinga.” (Duruusul Muhimmah Liaamatil Ummah : 62, beserta syarhnya)<br />
<br />
Cara mengusapnya bagaimana?<br />
Caranya yaitu mengusap kepala dengan kedua tangan dari depan menuju ke belakang sampai ke tengkuk kemudian mengembalikannya ke tempat awal kemudian memasukkan jari telunjuk ke dalam telinga dan ibu jari di belakang daun telinga (bagian luar) dan digerakkan dari bawah daun telinga sampai ke atas.<br />
Tentang hal ini sebagaimana hadits-hadits yang telah lalu penyebutannya yang menjelaskan tentang sifat wudhu Rasulullah dan sebuah hadits dari Abdullah bin Amr, beliau menuturkan tentang sifat wudhu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ فَأَدْخَلَ إِصْبَعَيْهِ السَّبَّاحَتَيْنِ فِى أُذُنَيْهِ وَمَسَحَ بِإِبْهَامَيْهِ عَلَى ظَاهِرِ أُذُنَيْهِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“… Kemudian beliau mengusap kepala beliau lalu memasukkan kedua jari telunjuk beliau ke dalam telinga dan mengusap bagian luar telinga dengan kedua ibu jari tangan beliau.” (HR. Abu Dawud no 135, An-Nasa’i no 140, Ibnu Majjah no 422 dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)</i></div>
<br />
Demikian juga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
« ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ بِيَدَيْهِ ، فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ ، بَدَأَ بِمُقَدَّمِ رَأْسِهِ ، حَتَّى ذَهَبَ بِهِمَا إِلَى قَفَاهُ ، ثُمَّ رَدَّهُمَا إِلَى الْمَكَانِ الَّذِى بَدَأَ مِنْهُ »</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Kemudian beliau membasuh mengusap kepala dengan tangannya,(dengan cara) menyapunya ke depan dan ke belakang. Beliau memulainya dari bagian depan kepalanya ditarik ke belakang sampai ke tengkuk kemudian mengembalikannya lagi ke bagian depan kepalanya”HR. Bukhori no. 185, Muslim 235</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
Jadi mengusap kepala bukanlah hanya sebagian (hanya ubun-ubun) sebagaimana anggapan sebagian orang. Sedangkan dalil bahwa menyapu kedua telinga termasuk dalam menyapu kepala adalah sabda Nabi ’alaihish sholatu was salam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
« الأُذُنَانِ مِنَ الرَّأْسِ »</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Kedua telinga merupakan bagian dari kepala”.HR. Abu Dawud no.134, At Tirmidzi no. 37, Ibnu Majah no. 478, dan lain-lain. Hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani rahmatullah ‘alaihi dalam Ash Shohihah no. 36. Lihat juga penjelasan tentang takhrij hadits ini dalam Subulus Salaam Al Mausulatu ilaa Bulughil Maroom oleh Al ‘Amir Ash Shon’ani rohimahullah hal. 206/I dengan tahqiq dari Syaikh Muhammad Shubhi Hasan Halaaq cetakan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA. Di sini muhaqqiq kitab ini menjelaskan panjang lebar tentang hadits ini yang kesimpulannya hadits ini shohih</i></div>
<br />
Lalu cara menyapu kedua telinga adalah sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
« ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ بَاطِنِهِمَا بِالسَّبَّاحَتَيْنِ وَظَاهِرِهِمَا بِإِبْهَامَيْهِ »</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“kemudian beliau menyapu kedua telinga sisi dalamnya dengan dua telunjuknya dan sisi luarnya dengan kedua jempolnya”.HR. An Nasa’i no. 102, dinyatakan hasan shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk Sunan Nasa’i</i></div>
<br />
<br />
Adapun untuk cara mengusap kepala dan kedua telinga dengan air, untuk perempuan sama seperti untuk laki-laki sebagaimana yang dikatakan oleh An Nawawi Asy Syafi’i rohimahullah demikian juga hal ini merupakan pendapat Imam Syafi’i rohimahullah sendiri dan dinukil oleh Al Bukhori rohimahullah dalam kitab shohihnya dari Sa’id bin Musayyib rohimahullah. lihat Al Majmu’ oleh An Nawawi rohimahullah hal. 409/I Asy Syamilah]. Dan hal ini sesuai dengan kaidah fiqh keumuman hukum dalam syari’at antara laki-laki dan perempuan selama tidak ada dalil yang mengkhususkannya pada salah satu dari keduanya, lihat Ma’alim Ushulil Fiqh ‘inda Ahlis Sunnah wal Jama’ah oleh Syaikh DR. Muhammad bin Husain bin Hasan Al Jaizaniy hafidzahullah hal. 418, cetakan Dar Ibnul Jauziy, Riyadh, KSA.<br />
<div style="text-align: left;">
<br />
Apakah mengambil air yang baru untuk mengusap telinga?</div>
Para ulama berselisih pendapat tentang hal ini, Insya Allah pendapat yang rajih (kuat) yang mengatakan tidak mengambil air yang baru cukup dengan air yang digunakan untuk mengusap kepala. Berdasarkan hadits tentang cara wudhunya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seperti hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Amr dan Ibnu Abbas. Dan ini pendapatnya kebanyakan ulama.<br />
<br />
Kalau pakai imamah apakah dibolehkan mengusap imamahnya dan kalau boleh bagaimana cara mengusapnya?<br />
Dibolehkan mengusap imamah menurut pendapat yang benar.<br />
Ada dua cara :<br />
Dengan mengusap imamahnya saja hal ini berdasarkan hadits :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ جَعْفَرِ بْنِ عَمْرٍو ، عَنْ أَبِيهِ ، قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم يَمْسَحُ عَلَى عِمَامَتِهِ وَخُفَّيْهِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Dari Abi Salamah dari Ja’far bin ‘Amr, dari bapaknya berkata : “Saya melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengusap imamah dan kedua sepatu beliau.” (HR. Bukhari no 205)</i></div>
<br />
Dan cara mengusapnya seperti mengusap kepala sebagaimana pendapatnya sebagian ulama di antaranya al-Imam Ahmad. Mengusap ubun-ubunnya dan imamahnya hal ini berdasarkan hadits Mughirah bin Syu’bah, beliau menuturkan :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
أَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- تَوَضَّأَ فَمَسَحَ بِنَاصِيَتِهِ وَعَلَى الْعِمَامَةِ وَعَلَى الْخُفَّيْنِ.</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Bahwasanya Nabi berwudhu lalu mengusap ubun-ubun dan imamah serta kedua khufnya.” (HR. Muslim)</i></div>
<br />
Adapun peci maka tidak disyari’atkan mengusap peci menurut pendapat yang benar dan ini pendapatnya kebanyakan ulama, mereka berdalil karena tidak dinukilkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Wallahu a’lam bish shawwab<br />
<br />
8. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.<br />
<br />
Hal ini berdasarkan Firman Allah Ta’ala :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى المَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki…” (Qs. Al Maidah : 6)</i></div>
<br />
Dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Utsman di dalam shahih Bukhari dan Muslim :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
ثُمَّ غَسَلَ كُلَّ رِجْلٍ ثَلاَثًا</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
“<i>…kemudian mencuci kedua kakinya sebanyak tiga kali.”</i></div>
<br />
Hukum membasuh kedua kaki ketika wudhu?<br />
Membasuh kedua kaki sampai mata kaki hukumnya wajib. Dalilnya hadits sangat banyak tentang sifat wudhunya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan berdasarkan hadits Ibnu Umar, beliau berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
وَيْلٌ لِلأَعْقَابِ مِنَ النَّارِ</div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Celakalah tumit-tumit (yang tidak terkena basuhan air wudhu -ed) dari api neraka.” (HR. Bukhari no 161 dan Muslim no 241)</i></div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
Adapun cara membasuhnya adalah sebagaimana yang disabdakan Nabi Muhammad SAW :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
« إِذَا تَوَضَّأَ دَلَكَ أَصَابِعَ رِجْلَيْهِ بِخِنْصَرِهِ »</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Jika beliau shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu, beliau menggosok jari-jari kedua kakinya dengan dengan jari kelingkingnya”. HR. Tirmidzi no. 40, Abu Dawud no. 148, hadits ini dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk Sunan At Tirmidzi</i></div>
<br />
9. At-Tartiib<br />
<br />
Membasuh anggota wudhu satu demi satu dengan urutan yang sebagaimana Allah dan rasul-Nya perintahkan. Hal ini berdasarkan dalil ayat dan hadits yang menjelaskan tentang sifat wudhu. Dan juga berdasarkan hadits :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
أَبْدَأُ بِمَا بَدَأَ اللَّهُ بِهِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Mulailah dengan apa yang Allah mulai dengannya.” (HR. Muslim no 1118)</i></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
Hukumnya?<br />
Hukumnya wajib tartiib (berurutan) dalam berwudhu menurut pendapat yang terpilih (Insya Allah) dan ini Madzhabnya Utsman, Ibnu Abbas dan riwayat dari Ali bin Abi Thalib radiyallahu anhum. Dan dengannya Qatadah, Abu Tsaur, Syafi’i, Ishaq bin Rahawaih berpendapat, dan pendapat ini masyhur dari Imam Ahmad. Dan pendapat ini yang dipilih oleh Ibnu Taimiyyah, Ibnul Qayyim, Syaikh as-Sa’di, Ibnu Baaz dan Ibnu Utsaimin rahimahullah jamia’an.<br />
<br />
10. Al Muwaalaat (berkesinambungan dalam berwudhu sampai selesai tidak terhenti atau terputus)<br />
<br />
Hal ini berdasarkan sebuah hadits :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
عن عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ أَنَّ رَجُلاً تَوَضَّأَ فَتَرَكَ مَوْضِعَ ظُفُرٍ عَلَى قَدَمِهِ فَأَبْصَرَهُ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ « ارْجِعْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ ». فَرَجَعَ ثُمَّ صَلَّى</div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>Dari Umar bin Khaththab menuturkan bahwasanya seseorang berwudhu, bagian kuku pada kakinya tidak terkena air wudhu, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memandangnya maka berkata : “Kembalilah, baguskanlah wudhumu (ulangi –ed), kemudian orang tersebut kembali berwudhu kemudian shalat.” (HR. Muslim no 243)</i></div>
<br />
Hukumnya?<br />
Pendapat yang raajih (terpilih) insya Allah yang mengatakan hukumnya wajib, dalilnya seperti yang telah disebutkan di atas. Kalau sendainya bukan wajib tentu cukup dengan membasuh bagian yang tidak terkena air saja setelah terhenti atau terputus, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyuruh untuk mengulangi wudhunya ini menunjukkan muwaalat (berkesinambungan) hukumnya wajib. Dan pendapat yang mengatakan wajib madzhabnya Imam Malik, pada sebuah riwayat dari Imam Ahmad, Al-Auza’i, Qatadah dan dengannya Ibnu Umar berpendapat.<br />
<br />
Kapan seseorang dikatakan berkesinambungan dan kapan dikatakan tidak berkesinambungan?<br />
Yaitu seseorang melakukan gerakan-gerakan wudhu secara berkesinambungan, usai dari satu gerakkan wudhu langsung diikuti dengan gerakan wudhu berikutnya sebelum kering bagian tubuh yang baru saja dibasuh. Contohnya seseorang membasuh wajah maka wajib baginya setelah selesai dari membasuh wajah untuk segera membasuh tangan sebelum wajah mengering dari bekas air wudhu. Adapun jika ia menunda membasuh tangan sehingga air bekas wudhu pada wajah mengering dikarenakan urusan yang tidak ada kaitannya dengan aktivitas wudhu maka dia dianggap tidak berkesinambungan dan wudhunya tidak sah. Berbeda jika dia menunda karena urusan yang terkait dengan wudhu maka hal itu tidak memutus kesinambungannya dalam wudhu. Misalnya dia pada saat wudhu melihat bagian tangannya ada yang terkena cat sehingga dia berusaha menghilangkannya. Wallahu a’alam bish shawwab.<br />
<br />
11. Doa/dzikr setelah wudhu<br />
<br />
Tentang hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ – أَوْ فَيُسْبِغُ – الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“ Tidaklah salah seorang diantara kalian berwudhu dan sampai selesai atau menyempurnakan wudhu kemudian membaca doa: “ Aku bersaksi tidak ada ilah (sesembahan) yang berhaq disembah kecuali Allah dan aku bersaksi bahwasannya Muhammad adalah hamba Allah dan utusan-Nya, melainkan akan dibukakan baginya delapan pintu surga yang dia bisa masuk dari pintu mana saja yang dia kehendaki.”</i></div>
<br />
Dalam sebuah riwayat : “Aku bersaksi tidak ada ilah (sesembahan) yang berhaq disembah kecuali Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan aku bersaksi bahwasannya muhammad hamba Allah dan utusannya” (HR. Muslim)<br />
<br />
Apa hukumnya membaca doa/dzikir diatas setelah wudhu?<br />
Hukumnya sunnah sebagaimana diakatakan oleh Imam An-Nawawi didalam syarh shahih Muslim.<br />
<br />
Catatan :<br />
Tidak boleh seseorang berlebih-lebihan dalam mengunakan air ketika berwudhu. Hal ini menyelisihi petunjuk Rasulullah shallahu ‘alahi wasallam, sebagaimana dalam sebuah hadits Anas Bin Malik berkata :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم يَغْسِلُ ، أَوْ كَانَ يَغْتَسِلُ – بِالصَّاعِ إِلَى خَمْسَةِ أَمْدَادٍ وَيَتَوَضَّأُ بِالْمُدِّ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“ Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mandi dengan satu sha’ sampai lima mud dan berwudhu dengan satu mud.” (HR. Mutafaqun alaihi) </i></div>
<br />
1 shaa’ = 4 mud<br />
1 mud = gabungan telapak tangan orang dewasa yang sedang (tidak besar dan kecil)<br />
<br />
<b>Sunnah-Sunnah Wudhu</b><br />
<b><br /></b>
<u>Bersiwak</u>, hal sebagaimana dalam sabda Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
« لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِى لأَمَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ عِنْدَ كُلِّ صَلاَةٍ »</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Seandainya jika tidak memberatkan ummatku, niscaya aku perintahkan mereka untuk bersiwak pada setiap hendak berwudhu” HR. Tirmidzi no. 22, Abu Dawud no. 37, dinilai shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk Sunan At Tirmidzi</i></div>
<br />
<u>Mencuci kedua tangan tiga kali ketika hendak berwudhu</u>, sunnah ini lebih ditekankan ketika bangun dari tidur atau dengan kata lain hukumnya wajib. Dalil yang menunjukkan bahwa mencuci tangan ketika hendak berwudhu sunnah adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ إِنَائِهِ ، فَغَسَلَهُمَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ….. ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَتَوَضَّأُ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Dari Humroon budaknya Utsman bin Affan, (ketika ia menjadi budaknya Utsman) suatu ketika beliau memintanya untuk membawakan air wudhu (dengan wadah), kemudian aku tuangkan air dari wadah tersebut ke kedua tangan beliau. Maka ia membasuh tangannya sebanyak tiga kali……kemudian beliau berkata, “Aku dahulu melihat Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu dengan wudhu seperti yang aku peragakan ini” HR. Bukhori no. 159,Muslim no. 226</i></div>
<br />
Hal ini ditetapkan sebagai sunnah dan bukan wajib sebab Utsman rodhiyallahu ‘anhu melakukannya karena melihat Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam melakukannya. Semata-mata perbuatan Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam yang dicontoh para sahabat menunjukkan hukum anjuran atau sunnah[Lihat Ma’alim Ushulil Fiqh ‘inda Ahlis Sunnah wal Jama’ah hal. 124]. Kemudian dalil yang menunjukkan wajibnya mencuci tangan ketika bangun dari tidur adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
«وَإِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلْيَغْسِلْ يَدَهُ قَبْلَ أَنْ يُدْخِلَهَا فِى وَضُوئِهِ ، فَإِنَّ أَحَدَكُمْ لاَ يَدْرِى أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ »</div>
<div style="text-align: center;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>“Jika salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya maka hendaklah ia mencuci tangannya sebelum ia memasukkan tangannya ke air wudhu, karena ia tidak tahu di mana tangannya bermalam”.</i></div>
<br />
Jika ada yang bertanya apakah hal ini hanya berlaku pada tidur di malam hari saja atau umum? Maka jawabannya adalah sebagaimana yang disampaikan Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam di atas yaitu semua tidur yang menyebabkan orang tidak tahu di mana tangannya berada ketika ia tidur. Dan inilah pendapat yang dipilih oleh Al Imam Asy Syafi’i rohimahullah, demikian juga mayoritas ‘ulama[Lihat Taudhihul Ahkaam min Bulughil Maroom oleh Syaikh Abullah Alu Bassaam rohimahullah hal. 215/I cetakan Maktabah Sawaadiy, Mekkah, KSA].<br />
<br />
<u>Bersungguh-sungguh dalam beristinsyaq dan berkumur-kumur ketika tidak sedang berpuasa</u>[Lihat penjelasan mengapa perintah di sini tidak dimaknai wajib di Taudhihul Ahkaam min Bulughil Maroom hal. 218/I]. Dalilnya adalah sabda Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
« بَالِغْ فِى الاِسْتِنْشَاقِ إِلاَّ أَنْ تَكُونَ صَائِمًا »</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Bersungguh-sungguhlah dalam beristinsyaq kecuali jika kalian sedang berpuasa”[HR. Abu Dawud no. 2368, Al Hakim no. 525 dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk Sunan Abu Dawud demikian juga Adz Dzahabi].</i></div>
<br />
<u>Mendahulukan membasuh anggota wudhu yang kanan</u>. Dalilnya adalah sabda Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
« كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيُحِبُّ التَّيَمُّنَ فِى طُهُورِهِ إِذَا تَطَهَّرَ »</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Adalah kebiasaan Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam sangat menyukai mendahulukan kanan dalam thoharoh (berwudhupent.)”[HR. Bukhori 168, Muslim no. 268].</i></div>
<br />
<u>Membasuh anggota wudhu sebanyak 2 kali atau 3 kali</u>. Dalil bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam membasuh anggota wudhunya 2 kali adalah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abdullah bin Zaid,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
أَنَّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – تَوَضَّأَ مَرَّتَيْنِ مَرَّتَيْنِ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Sesungguhnya Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu (membasuh anggota wudhunya sebanyak) dua kali-dua kali.[HR. Bukhori 158]”</i></div>
<br />
Dalil bahwa beliau membasuh anggota wudhu sebanyak tiga kali adalah hadits yang diriwayatkan Humroon dari tentang wudhu Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu ketika melihat cara wudhu Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
عَنْ حُمْرَانَ مَوْلَى عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ أَنَّهُ رَأَى عُثْمَانَ دَعَا بِوَضُوءٍ ، فَأَفْرَغَ عَلَى يَدَيْهِ مِنْ إِنَائِهِ ، فَغَسَلَهُمَا ثَلاَثَ مَرَّاتٍ…. ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا…</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Dari Humroon budaknya Utsman bin Affan, (ketika ia menjadi budaknya Utsman) suatu ketika beliau memintanya untuk membawakan air wudhu (dengan wadah), kemudian aku tuangkan air dari wadah tersebut ke tangan beliau. Maka ia membasuh tangannya sebanyak 3 kali…kemudian dia membasuh wajahnya sebanyak 3 kali….[HR. Bukhori 164, Muslim no. 226]</i></div>
<br />
Hal ini sering beliau lakukan pada anggota wudhu selain pada mengusap kepala, berdasarkan salah satu riwayat hadits Abdullah bin Zaid rodhiyallahu ‘anhu di atas yang juga dalam shohihain,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَمَسَحَ رَأْسَهُ ، فَأَقْبَلَ بِهِمَا وَأَدْبَرَ مَرَّةً وَاحِدَةً</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalam wadah air lalu menyapu kepalanya ke arah depan dan belakang sebanyak 1 kali”[HR. Bukhori 186].</i></div>
<br />
Namun demikian dianjurkan juga menyapu kepala sebanyak tiga kali[Pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin Al Albani rohimahullah di Ats Tsamrul Mustathob fi Fiqhis Sunnah wal Kitaab hal.11/I, demikian juga Syaikh DR. Abdul Adzim bin Badawiy Al Kholafiy hafidzahullah Al Wajiz fi Fiqhil Kitab was Sunnah hal. 41], namun hal ini dianjurkan dengan catatan tidak dilakukan terus menerus berdasarkan salah satu riwayat hadits yang diriwayatkan Humroon tentang cara wudhu Utsman bin Affan rodhiyallahu ‘anhu ketika beliau melihat cara wudhu Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
وَمَسَحَ رَأْسَهُ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- تَوَضَّأَ هَكَذَا</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>Beliau (Utsman bin Affan)menyapu kepalanya tiga kali kemudian membasuh kakinya tiga kali, kemudian beliau berkata, “Aku melihat Rosulullah shallallahu ‘alaihi was sallam berwudhu dengan wudhu seperti ini”[HR. Abu Dawud no. 107 dan dinyatakan hasan shohih oleh Al Albani rohimahullah dalam takhrij beliau untuk Sunan Abu Dawud].</i></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<u>Tertib</u>, yang dimaksud tertib di sini adalah membasuh anggota wudhu sesuai tempatnya (urutan yang ada dalam ayat wudhupent.)[Lihat Syarhul Mumti’ ‘ala Zaadil Mustaqni’ hal. 118/I]. Hal ini kami cantumkan di sini sebagai sebuah sunnah bukan wajib dalam wudhu dengan alasan hadits Al Miqdam bin Ma’dikarib Al Kindiy rodhiyallahu ‘anhu,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
أُتِىَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلاَثًا ثُمَّ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ ثَلاَثًا وَغَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثًا ثُمَّ غَسَلَ ذِرَاعَيْهِ ثَلاَثًا ثَلاَثًا ثُمَّ مَسَحَ بِرَأْسِهِ وَأُذُنَيْهِ ظَاهِرِهِمَا وَبَاطِنِهِمَا</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Rosulullah shallallahu ‘alaihi was sallam melakukan wudhu dengan membasuh tangannya tiga kali kemudian berkumur-kumur dan istinsyaq tiga kali, kemudian membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh kakinya tiga kali, kemudian menyapu kepalanya dan telinga bagian luar maupun dalam”[HR. Abu Dawud no. 121, dinyatakan shohih oleh Al Albani rohimahullah dalam takhrij beliau untuk Sunan Abu Dawud].</i></div>
<br />
<u>Berdo’a ketika telah selesai berwudhu</u>. Hal ini berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
« مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ يَتَوَضَّأُ فَيُبْلِغُ – أَوْ فَيُسْبِغُ – الْوُضُوءَ ثُمَّ يَقُولُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ إِلاَّ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ الثَّمَانِيَةُ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ ».</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu dan ia menyempurnakan wudhunya kemudian membaca, “Aku bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah” melainkan akan dibukakan baginya pintu-pintu surga yang jumlahnya delapan, dan dia bisa masuk dari pintu mana saja ia mau”[HR. Muslim no. 234].</i></div>
<br />
At Tirmidzi menambahkan lafafdz,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
اللَّهُمَّ اجْعَلْنِى مِنَ التَّوَّابِينَ وَاجْعَلْنِى مِنَ الْمُتَطَهِّرِينَ</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Ya Allah jadikanlah aku termasuk orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah aku termsuk orang-orang yang selalu mensucikan diri”[HR. Tirmidzi no. 55 dan dinyatakan shohih oleh Al Albani dalam takhrij beliau untuk Sunan Tirmidzi].</i></div>
<br />
<u>Sholat dua raka’at setelah wudhu</u>. Hal ini berdasarkan hadits Nabi shollallahu ‘alaihi was sallam,<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
« مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِى هَذَا ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ ، لاَ يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ ، غَفَرَ اللَّهُ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ »</div>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>“Barangsiapa berwudhu sebagaimana wudhuku ini, kemudian sholat 2 raka’at (dengan khusyuked.) setelahnya dan ia tidak berbicara di antara keduanya[An Nawawi rohimahullah mengatakan, “yang dimaksud dengan tidak berbicara diantara keduanya yaitu tidak berbicara dalam masalah dunia yang tidak ada hubungannya dengan sholat”. [lihat Al Minhaaj Syarh Shohih Muslim hal. 103/III], maka akan diampuni seluruh dosanya yang telah lalu”[HR. Bukhori no. 159, Muslim no. 226]</i>.</div>
<br />
Demikianlah akhir tulisan ini, mudah-mudahan bermanfaat bagi kami sebagai tambahan ‘amal dan sebagai tambahan ilmu bagi pembaca sekalian serta berbuah ‘amal bagi kita semua. Allahu a’lam bish showab<br />
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: left;">
<i><br /></i></div>
<div style="text-align: left;">
<i><span style="font-size: x-small;">Sumber : </span></i></div>
<div style="text-align: left;">
<i><span style="font-size: x-small;">http://www.darussalaf.or.id/fiqih/untukmu-yang-bertanya-tentang-tatacara-wudhu-yang-benar/</span></i></div>
<i><span style="font-size: x-small;">https://muslim.or.id/1810-panduan-praktis-tata-cara-wudhu.html</span></i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-6143819282920801172017-10-04T09:42:00.003+07:002017-10-10T14:33:47.864+07:00Keistimewaan dan Peristiwa yang terjadi di Bulan Muharram<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRan3Z-l9MK5mDp04uZdfcOnRHZkVjUG1OwRBOaJODbdHYLGwLWzjhjCzkNUw0sth0H4FlmWMyz_rdmknXA_cNQ-MnCWSosl2GIFKR8d5nkBBgu1MgXDmuxujuBJ_edJ_iiIv0fvNs3do/s1600/Keutamaan-Dan-Keistimewaan-Bulan-Muharram.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="320" data-original-width="600" height="106" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgRan3Z-l9MK5mDp04uZdfcOnRHZkVjUG1OwRBOaJODbdHYLGwLWzjhjCzkNUw0sth0H4FlmWMyz_rdmknXA_cNQ-MnCWSosl2GIFKR8d5nkBBgu1MgXDmuxujuBJ_edJ_iiIv0fvNs3do/s200/Keutamaan-Dan-Keistimewaan-Bulan-Muharram.jpg" width="200" /></a></div>
Bulan Muharram merupakan bulan kemuliaan dan rahmat karena bermula dari bulan inilah berlakunya segala kejadian di alam ini. Bulan Muharram juga merupakan bulan yang penuh sejarah, dimana banyak peristiwa yang menunjukkan kekuasaan dan kasih sayang Allah kepada makhluk-Nya. Berikut keutamaan dan keistimewaan di bulan Muharram :<br />
<br />
<b>1. Sejarah Penamaan Bulan Muharram</b><br />
<br />
Muharram secara bahasa artinya diharamkan. Abu Amr Ibn Alaa berkata, "Dinamakan bulan Muharram karena peperangan (jihad) diharamkan pada bulan tersebut". Jika jihad yang disyariatkan oleh Islam, hukumnya menjadi terlarang di bulan Muharram. Di bulan Muharram ini Allah SWT melarang umatnya agar tidak melakukan perbuatan yang dilarang olehNya, seperti berperang yang telah dilakukan oleh orang-orang kafir quraisy sebelum mereka mengenal Islam.<br />
<b><br /></b>
<b>2. Keutamaan dan Keistimewaan Bulan Muharram</b><br />
<b><br /></b>
a. Bulan Muharram adalah salah satu bulan-bulan Haram<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
Allah SWT berfirman :</div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: justify;">
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "amiri" , "scheherazade" , "traditional arabic"; letter-spacing: 1px;">إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ </span><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "amiri" , "scheherazade" , "traditional arabic"; letter-spacing: 1px;">حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ ۚ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِينَ كَافَّةً كَمَا يُقَاتِلُونَكُمْ كَافَّةً ۚ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ مَعَ الْمُتَّقِينَ</span></span><br />
<span style="font-size: large;"><span style="background-color: white; color: #333333; font-family: "amiri" , "scheherazade" , "traditional arabic"; letter-spacing: 1px;"><br /></span></span></div>
</div>
</div>
<div style="text-align: center;">
"<i>Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalan bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah besera orang-orang yang bertakwa." (Q.S. at Taubah : 36)</i></div>
</div>
<i><br /></i>
Pada ayat diatas menerangkan pada kita bahwa setelah Allah SWT menciptakan langit dan bumi kemudian Allah menciptakan bulan yang berjumlah 12 bulan yang mana bulan tersebut merupakan bulan tahun Hijriyah.<br />
<br />
Dalam ayat tersebut terdapat 4 bulan yang istimewa diantara bulan-bulan lainnya, salah astunya adalah bulan Muharram. Di bulan Muharram Allah SWT tidak hanya mengharamkan umat islam melakukan perbuatan yang dilarang (membunuh, berperang), namun disana juga menjelaskan bahwa orang muslim harus memerangi orang kafir yang selalu mengajak kepada kehancuran. Yang dilakukan orang kafir, adalah bukan karena ingin merampas harta seperti yang dilakukan sebelum datangnya islam, merebut kekuasaan, balas dendam seperti yang telah dialami ketika umat islam mengusir orang kafir untuk meninggalkan Makkah dan Madinah, tetapi merekan menginginkan agama islam hancur.<br />
<br />
Salah satu ahli tafsir dari kalangan tabi'in, Qatadah bin Diamah As Sadusi mengatakan, "Amal shaleh lebih besar pahalanya jika dikerjakan di bulan-bulan haram sebagaimana kedzaliman di bulan-bulan haram lebih besar dosanya dibandingkan dengan kedzaliman yng dikerjakan di bulan-bulan lain meskipun secara umum kedzaliman adalah dosa yang besar".<br />
<br />
Disinilah yang menjadi pokok pada bulan Muharram, bahwa diharamkan umat-Nya melakukan berperang atau membunuh pada bulan-bulan istimewa tersebut, karena apabila melanggarnya, maka dosanya akan dilipat gandakan dari bulan-bulan yang lain. Dengan adanya larangan tersebut berarti Allah juga akan memberikan pahala bagi umat-Nya yang mengerjakan amalan seperti yang disunnahkan.<br />
<br />
Dalam hadist yang diriwayatkan dari sahabat Abu Bakrah r.a., Rasullullah SAW menjelaskan keempat bulan haram yang dimaksud :<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="font-size: large;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #404040; font-family: "helvetica neue" , "helvetica" , "arial" , sans-serif; text-align: justify;"><span style="font-size: large;">حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ مُحَمَّدٍ عَنْ ابْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ الزَّمَانَ قَدْ اسْتَدَارَ كَهَيْئَتِهِ يَوْمَ خَلَقَ اللَّهُ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ثَلَاثٌ مُتَوَالِيَاتٌ ذُو الْقَعْدَةِ وَذُو الْحِجَّةِ وَالْمُحَرَّمُ وَرَجَبُ مُضَرَ الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ</span></span></div>
<div style="text-align: start;">
<br /></div>
<div style="text-align: start;">
<div style="text-align: center;">
<i>Telah menceritakan kepada kami, Abdul Wahhaab, telah menceritakan kepada kami Hammaad bin Zaid, dari Ayyuub, dari Muhammad, dari Ibnu Abi Bakrah, dari Abu Bakrah r.a.,- dari Nabi SAW, beliau bersabda, "Sesungguhnya zaman telah berputar, sebagaimana keadaannya pada hari Allah menciptakan langit dan bumi, dalam setahun ada dua belas bulan, darinya ada empat bulan haram, tiga diantaranya adalah Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram, sedangkan Rajab adalah bulan Mudhar yang terdapat diantaranya Jumadaats Tsaniy dan Sya'baan." </i></div>
<div style="text-align: center;">
<i>(Shahiih Al-Bukhaariy no.4662; Shaiih Muslim no.1681 dengan matan yang lebih panjang)</i></div>
<br />
b. Bulan Muharram disifatkan sebagai bulan Allah<br />
<br />
Kedua belas bulan yang ada adalah makhluk ciptaan Allah, akan tetapi bulan Muharram meaih keistimewaan khusus karena hanya bulan inilah yang disebut sebagai "syahrullah". Rasullullah SAW bersabda :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #7c7c7c; font-family: "gentium basic" , serif; font-size: 18px; text-align: -webkit-right;">أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ</span></div>
<span style="background-color: white; color: #7c7c7c; font-family: "gentium basic" , serif; font-size: 18px; text-align: -webkit-right;"><i><br /></i></span>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>"Puasa yang pailng utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (bulan) Muharram, dan sholat yang paling utama setelah sholat wajib (lima wkatu) adalah sholat malam". (H.R. Muslim)</i></div>
<br />
Hadist ini mengindikasikan adanya keutamaan khusus yang dimiliki bulan Muharram karena disandarkan kepada Lafazh Allah. Para Ulama telah menerangkan bahwa ketika suatu makhluk disandarkan pada lafazh Allah maka itu mengindikasikan tasyrif (pemuliaan) terhadap makhluk tersebut, sebagaimana istilah baitullah (rumah Allah) bagi mesjid atau lebih khusus Ka'bah dan naqatullah (unta Allah) istilah bagi unta Nabi Sholeh a.s. dan lain sebagainya.<br />
<br />
Bulan ini juga sering dinamakan "Syahrullah Al Asham" yaitu bulan Allah yang sunyi, dinamakan demikian, karena sangat terhormatnya bulan ini. Karena itu, tidak boleh ada sedikitpun riak konflik di bulan ini.<br />
<br />
<b>3. Amalan yang dianjurkan di Bulan Muharram</b><br />
<br />
Adapun ibadah yang dianjurkan secara khusus pada bulan ini adalah memperbanyak puasa sunnah, sebagaimana yang telah disebutkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah r.a., beliau berkata Rasullullah SAW bersabda :<br />
<br />
<div style="text-align: center;">
<span style="background-color: white; color: #7c7c7c; font-family: "gentium basic" , serif; font-size: 18px; text-align: -webkit-right;">أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ</span></div>
<span style="background-color: white; color: #7c7c7c; font-family: "gentium basic" , serif; font-size: 18px; text-align: -webkit-right;"><i><br /></i></span>
<br />
<div style="text-align: center;">
<i>"Puasa yang pailng utama setelah (puasa) Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah (bulan) Muharram, dan sholat yang paling utama setelah sholat wajib (lima wkatu) adalah sholat malam". (H.R. Muslim)</i></div>
<br />
Anjuran berpuasa di bulan Muharram ini lebih dikhususkan dan ditekankan hukumnya pada hari yang dikenal dengan istilah Yaumul Asyuro, yaitu pada tanggal 10 bulan Muharram. Asyuro berasal dari kara 'Asyarah yang berarti sepuluh.<br />
<br />
Pada hari Asyura ini, Rasullullah SAW mengajarkan kepada umatnya untuk melaksanakan satu bentuk ibadah dan ketundukan kepada Allah SWT yaitu ibadah puasa, yang kita kenal dengan puasa Asyuro.<br />
<br />
<b>4. Peristiwa-Peristiwa bersejarah di Bulan Muharram</b><br />
<br />
Banyak peristiwa bersejarah yang berlaku pada 10 Muharram ini, dimana pada hari inilah, Allah SWT telah memuliakan Nabi-Nabi dengan sepuuh kehormatan, diantaranya yaitu :<br />
<ul>
<li>Nabi Adam a.s. bertobat kepada Allah, disebutkan Nabi Adam a.s bertobat dan memohon ampunan kepada Allah SWT pasca dikeluarkan dari Surga. Pada tanggal 10 muharram inilah, taubat Nabi Adam diterima Allah dan diampuni segala dosanya.</li>
<li>Pada tanggal 10 Muharram juga, Nabi Idris a.s telah di bawa ke langit, sebagai tanda Allah SWT telah menaikkan darjat beliau.</li>
<li>Berlabuhnya kapal Nabi Nuh di bukit Zuhdi setelah berlayar lama dari banjir air bah yang diturunkan Allah SWT untuk memusnahkan kaum Nabi Nuh yang durhaka</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Nabi Ibrahim dilahirkan pada 10 Muharam dan diangkat sebagai Khalilullah (kekasih Allah) dan juga hari dimana beliau diselamatkan Allah SWT dari raja namrud berupa api yang membakar.</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Diterimanya taubat Nabi Daud a.s oleh Allah SWT</div>
</li>
<li><div style="text-align: justify;">
Nabi Isa a.s diselamatkan (diangkat) Allah SWT ke langit, dari kejaran orang-orang yang ingin menyalibnya.</div>
</li>
<li><div style="text-align: left;">
Allah SWT telah menyelamatkan Nabi Musa daripada kejaran Fir'aun dengan melintasi laut merah yang terbelah.</div>
</li>
<li><div style="text-align: left;">
Dikeluarkannya Nabi Yunus a.s oleh Allah SWT dari perut ikan setelah berada selama 40 hari di dalamnya.</div>
</li>
<li><div style="text-align: left;">
Nabi Ayyub a.s disembuhkan Allah SWT dari penyakit yang dideritanya.</div>
</li>
</ul>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-86725565673188778602017-09-28T21:09:00.001+07:002017-10-10T14:34:48.716+07:00Mari mengenal bulan-bulan dalam Kalender Hijriyah<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxmBL14Fii32IlgsgK8dy2W9-1Sg6VUu-yO0_QSKYnVzST4B0w6B0BV1D7WDd6kHdVDplhV9bUlwgF7kvvFzEe1KADULJb7FTb-FBlBwWHxvbk3Ww6SSe1nsfNuvzyTCctjskFf0tnLP4/s1600/bulan_islam.gif" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="260" data-original-width="300" height="173" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjxmBL14Fii32IlgsgK8dy2W9-1Sg6VUu-yO0_QSKYnVzST4B0w6B0BV1D7WDd6kHdVDplhV9bUlwgF7kvvFzEe1KADULJb7FTb-FBlBwWHxvbk3Ww6SSe1nsfNuvzyTCctjskFf0tnLP4/s200/bulan_islam.gif" width="200" /></a></div>
Salah satu fenomena menyedihkan dikalangan umat islam saat ini adalah kita masih asing dengan kelender hijriyah. Mungkin masih banyak yang bingung karena ada beberapa perbedaan mendasar antara bulan islam dengan bulan masehi.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Sebelum kami paparkan daftar bulan bulan islam, ada baiknya untuk kita mengetahui sejarah ditetapkannya Kalender Hijriyah sebagai penanggalan dalam islam. Dan sebagai penutup diakhir akan kami jelaskan beberapa perbedaan kalender masehi dan hijriyah.</div>
<h2 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 30px; font-weight: 300; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Sejarah_Kalender_Hijriyah" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Sejarah Kalender Hijriyah</span></h2>
<div>
<span style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;"></span><br />
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
<span style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Ditetapkannya kalender hijriyah sebagai bulan islam ditetapkan ketika kekhalifahan dipimpin oleh sahabat Umar Bin Khatab radhiyallahu anhu. Dimulainya Kalender hijriyah saat peristiwa hijrahnya Rasulullah dari kota mekah ke kota madinah.</span></div>
<span style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Sama seperti kalender masehi, bulan islam juga terdiri dari 12 bulan. Jumlah harinya pun berkisar 29-30 hari. Hal ini didasarkan dan disesuaikan dengan firman Allah Subhana Wata’ala yang berbunyi:</div>
<blockquote style="background-color: white; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: initial; border-image: initial; border-left-color: rgba(0, 0, 0, 0.05); border-left-style: solid; border-right-color: initial; border-right-style: initial; border-top-color: initial; border-top-style: initial; border-width: 0px 0px 0px 5px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 1.2em; font-style: italic; margin: 0px 0px 1.5em; outline: 0px; padding: 20px; position: relative; quotes: "" "";">
<div style="border: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya; dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” (Qs. At Taubah: 36)</div>
</blockquote>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Sebenarnya, orang-orang arab sebelum Rasulullah dilahirkan sudah menggunakan kalender hijriyah namun tidak menggunakan tahun. Orang Arab dulu hanya menyematkannya pada kejadian besar yang terjadi saat itu seperti tahun gajah tepat ketika Rasulullah dilahirkan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Awalnya penepatan tahun hijriyah bermula ketika sahabat Abu Musa Al-Asyari mengirimkan surat kepada Khalifah umar. Surat tersebut berisi tentang pertanyaan mengenai surat-surat yang dikirimkan khalifah Umar hanya ada tanggal dan bulannya saja, tidak dituliskan tahun-nya. Hal tersebut sangat membingungkan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Seiring berjalannya waktu Khalifah Umar pun mengumpulkan beberapa sahabat senior. Mereka adalah Utsman bin Affan, Zubair bin Awwam, Ali bin Abi Thalib, Sa’ad bin Abi Waqqas, Abdurrahman bin Auf, dan Thalhan bin Ubaidillah.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Para sahabat bermusyawarah dan metetapkan kalender islam. Beberapa sahabat mengusulkan untuk memulai tahun islam berdasarkan milad Nabi Muhammad, sebagian lainnya mengusulkan untuk mulai-nya ketika Nabi diangkat menjadi Rasul.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Dari banyaknya usulan yang ada, usulan yang diterima oleh Khalifah umar adalah usulan milik Ali bin Abi Talib. Beliau mengusulkan untuk memulai kalender hijriyah ketika Rasulullah berhijrah dari Mekkah menuju Madinah.</div>
<h2 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 30px; font-weight: 300; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Nama_Bulan_Dalam_Islam" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Nama Bulan Dalam Islam</span></h2>
<div>
<span style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;"></span><br />
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
<span style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Supaya kita lebih mengenal kalender hijriyah dan bisa mengenal bulan bulan islam kepada anak-anak kita mari kita ulas nama bulan dalam islam. Berikut ini daftar bulan dalam islam beserta keutamaan didalam-nya.</span></div>
<span style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Muharram" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Muharram </span>(<b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> ُالمُحَرَّم</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div>
<span style="background-color: white; color: #3a3a3a; font-family: "ubuntu" , sans-serif; font-size: 15px;">Pada bulan ini, terdapat sunnah rasulullah yang keutamaan yang sangat besar. Amalan tersebut adalah puasa tasu’a dan a’syura. Ganjaran yang diberikan kepada orang yang melakukan amalan ini adalah dosanya selama satu tahun yang telah lewat akan dihapuskan.</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Sebagaimana sabda Rasulullah yang diriwayatkan oleh sahabat Abu Qatadah Al Anshari radliallahu ‘anhu yang mengatakan :</div>
<blockquote style="background-color: white; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: initial; border-image: initial; border-left-color: rgba(0, 0, 0, 0.05); border-left-style: solid; border-right-color: initial; border-right-style: initial; border-top-color: initial; border-top-style: initial; border-width: 0px 0px 0px 5px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 1.2em; font-style: italic; margin: 0px 0px 1.5em; outline: 0px; padding: 20px; position: relative; quotes: "" "";">
<div style="border: 0px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
<span style="border: 0px; font-weight: 700; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">سئل عن صوم يوم عاشوراء فقال كفارة سنة</span></div>
<div style="border: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya tentang puasa Asyura’, kemudian beliau menjawab: “Puasa Asyura’ menjadi penebus dosa setahun yang telah lewat.” (HR. Muslim dan Ahmad).</div>
</blockquote>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Puasa tasu’a dilakukan pada 9 muharam sedang puasa asyura dilakukan pada tanggal 10 muharam-nya. Puasa dibulan Muharam merupakan sebaik-baiknya puasa setelah puasa Ramadhan.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Bulan Muharam memiliki arti sebuah pantangan atau diharamkan. Dalam bulan tersebut umat islam dilarang untuk menumpahkan darah ataupun berperang. Pantangan tersebut sudah diberlakukan dari masa awal islam.</div>
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Safar" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Safar </span> ( ُ<b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">صَفَر</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Pada zaman dahulu, bangsa arab pada bulan safar memiliki kebiasaan meninggalkan rumah untuk beberapa kepentingan seperti berniaga, merantau, dan berperang. Sampai-sampai kampung yang ditinggalinya kosong dan tak berpenghuni. Karena jika kita tinjau berdasarkan makna-nya, kata safar memiliki makna “KOSONG”.</div>
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Rabiul_Awal" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Rabiul Awal </span>( ِ<b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">رَيِبْعُ الأَوَّل</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Nama bulan dalam islam yang selanjutnya adalah bulan Rabi’ul Awal. Dalam bulan ini ada banyak sekali catatan sejarah Rasulullah seperti tanggal Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam dilahirkan, diangkatnya Nabi Muhammad menjadi Rasul dan juga ketika hijrah.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Karenanya Pada bulan ini kita dianjurkan untuk memperbanyak bacaan sholawat, memperbarui keimanan kita kepada rasulullah dan senantiasa meneladani akhlaq beserta sunnah yang beliau contohkan. Dalam sebuah hadits dijelaskan tentang keutamaan membaca sholawat.</div>
<blockquote style="background-color: white; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: initial; border-image: initial; border-left-color: rgba(0, 0, 0, 0.05); border-left-style: solid; border-right-color: initial; border-right-style: initial; border-top-color: initial; border-top-style: initial; border-width: 0px 0px 0px 5px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 1.2em; font-style: italic; margin: 0px 0px 1.5em; outline: 0px; padding: 20px; position: relative; quotes: "" "";">
<div style="border: 0px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
“Bagi siapa yang membaca sholawat kepadaku walau cuma satu kali maka allah SWT akan membalas kebaikan kepadamu sepuluh kali dan sepuluh derajat ”</div>
<div style="border: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
( HR. Muslim : 408 dan pernah dinyatakan oleh Imam bukhori dalam adabul Mufrad , Ibnu abu syaibah, Ismaili dan sanad ma’lul)”</div>
</blockquote>
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Rabiul_Akhir" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Rabiul Akhir </span>( ِ<b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">رَبِيْعُ الآخِر</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Dalam bulan ini juga banyak juga banyak catatan sejarah yang dialami Rasulullah dan para sahabatnya. Salah satu kejadian besar yang pernah terjadi dibulan tersebut adalah tentang pengkhianatan bani nadzir terhadap perjanjian yang telah disepakati dengan Rasulullah.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Karena pengkhianatan Bani Nadzir Rasulullah megusir mereka keluar dari madinah. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 3 hijriyah. Tepat ketika itu Allah menurunkan surat Al-Hasyr tentang pengkhianatan bani nadzir yang akhirnya memicu peperangan besar.</div>
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Jumadil_Awal" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Jumadil Ula </span> ( <b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">جُمَادَى الأُوْلَى</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Sebelum islam berjaya di peradapan arab, bulan jumadil Ula disebut dengan jumadi khomsah. Dahulu pada bulan ini jatuh ketika musim dingin, dimana air-air ditanah arab membeku. Adapun jumlah hari yang terdapat pada bulan kelima pada kalender hijriyah seringnya sebanyak 30 hari.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Berbeda dari bulan bulan islam yang lainnya, pada bulan ini memang tidak ada yang istimewa. Namun dalam islam ada banyak amalan yang bisa kita kerjakan baik yang wajib ataupun yang sunnah. Karena-nya sebagai seorang muslim, mari kita senantiasa berlomba lomba dalam melakukan amalan ibadah. </div>
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Jumadil_Akhir" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Jumadil Akhir </span>(<b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;"> ِجُمَادَى الآخِرَة</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Pada bulan ini ada beberapa peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah islam. Sahabat Abu Bakar As-Siddiq radhiyallahu anhu selaku khalifah pertama yang menggantikan Rasulullah, beliau wafat pada malam tanggal 22 bulan jumadil akhir pada tahun 13 hijriyah ketika umurnya 63 tahun.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Tepat ketika itu juga sedang terjadi Perang Yarmuk. Perang tersebut dipimpin oleh sahabat Khalid bin Walid radhiyallahu anhu yang melibatkan pasukan sebanyak 45,000 orang. Saat itu, kaum muslim menghadapi tentara Rum yang pasukannya berjumlah 240,000 orang.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Tentara kaum muslim yang saat itu dipimpin sahabat Khalid bin Walid mendapat kemenangan besar. Dalam peperangan tersebut ada sebanyak 3000 kaum muslim yang syahid, sedang pasukan musuh hampir setengahnya yang terbunuh.</div>
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Rajab" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Rajab </span>( ُ<b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">رَجَب</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Daftar nama bulan bulan islam yang selanjutnya adalah bulan Rajab. Bulan ini merupakan salah satu dari 4 bulan yang diharamkan oleh Allah untuk berperang dan menumpahkan darah. Perintah tersebut tertera pada Al-Qur’an surat At-taubah ayat 36 yang kemudian dijelaskan oleh Rasulullah dalam sebuah hadits yang artinya :</div>
<blockquote style="background-color: white; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: initial; border-image: initial; border-left-color: rgba(0, 0, 0, 0.05); border-left-style: solid; border-right-color: initial; border-right-style: initial; border-top-color: initial; border-top-style: initial; border-width: 0px 0px 0px 5px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 1.2em; font-style: italic; margin: 0px 0px 1.5em; outline: 0px; padding: 20px; position: relative; quotes: "" "";">
<div style="border: 0px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
“Setahun berputar sebagaimana keadaannya sejak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun itu ada dua belas bulan. Di antaranya ada empat bulan haram (suci). Tiga bulannya berturut-turut yaitu Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram. (Satu bulan lagi adalah) Rajab Mudhor yang terletak antara Jumadil (akhir) dan Sya’ban.”</div>
<div style="border: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
(HR. Bukhari no. 3197 dan Muslim no. 1679)</div>
</blockquote>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Peristiwa penting yang ada dibulan ini adalah peristiwa Isro’ Mi’raj. Sebagian ulama berpendapat bahwa peristiwa ini jatuh pada tanggal 27 rajab. Isra’ adalah perjalanan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dari Mekkah ke Baitul Maqdis (palestina). Sedangkan Mi’raj adalah perjalanan Rasulullah dari bumi naik menuju kelangit tertinggi. </div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
<span style="font-size: 20px;">Bulan Sya’ban </span><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;">( ُ</span><b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">شَعْبَان</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Secara umum bulan sya’ban merupakan bulan yang mulia karena bulan ini adalah waktu dinaikkan amalan. Jika dibandingkan bulan islam yang lainnya amalan puasa yang paling banyak dilakukan Rasulullah setelah bulan ramadhan adalah pada bulan Sya’ban.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Dalam sebuah hadist Usamah bin Zaid bertanya kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa beliau tak pernah menyaksikan beliau mengerjakan amalan puasa lebih semangat dari pada bulan sya’ban. Kemudian Rasulullah bersabda :</div>
<blockquote style="background-color: white; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: initial; border-image: initial; border-left-color: rgba(0, 0, 0, 0.05); border-left-style: solid; border-right-color: initial; border-right-style: initial; border-top-color: initial; border-top-style: initial; border-width: 0px 0px 0px 5px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 1.2em; font-style: italic; margin: 0px 0px 1.5em; outline: 0px; padding: 20px; position: relative; quotes: "" "";">
<div style="border: 0px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
ذَلِكَ شَهْرٌ يَغْفُلُ النَّاسُ عَنْهُ بَيْنَ رَجَبٍ وَرَمَضَانَ وَهُوَ شَهْرٌ تُرْفَعُ فِيهِ الْأَعْمَالُ إِلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ فَأُحِبُّ أَنْ يُرْفَعَ عَمَلِي وَأَنَا صَائِمٌ</div>
<div style="border: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
“Bulan Sya’ban –bulan antara Rajab dan Ramadhan- adalah bulan di saat manusia lalai. Bulan tersebut adalah bulan dinaikkannya berbagai amalan kepada Allah, Rabb semesta alam. Oleh karena itu, aku amatlah suka untuk berpuasa ketika amalanku dinaikkan.” (HR. An-Nasa’i no. 2359. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini hasan).</div>
</blockquote>
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Ramadhan" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Ramadhan </span>( ُ<b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">رَمَضَان</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Bulan Ramadhan merupakan bulan islam paling utama dan memiliki banyak sekali keistimewaan yang tak boleh kita lewatkan. Pada bulan ini seluruh umat islam diperintahkan oleh Allah untuk melaksanakan ibadah puasa 1 bulan penuh. Ada banyak sekali keutamaan yang bisa kita dapatkan pada bulan ini.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Pada bulan ini kitab Al-Qur’an diturunkan, dibelengunya para setan, dibukanya lebar lebar pintu surga dan ditutupnya pintu neraka serapat rapatnya. Jika dibandingkan dengan bulan bulan islam lainya masih banyak keutamaan yang Allah dan Rasul-nya janjikan.</div>
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Syawal" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Syawal </span>( ٌ<b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">شَوَّال</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Daftar nama bulan islam yang selanjutnya adalah bulan syawal. Pada bulan ini Rasulullah menganjurkan kita untuk melaksanakan puasa syawal, yaitu puasa sebanyak 6 hari pada bulan syawal. Ganjaran yang didapatkan orang yang melakukan amalan ini disebutkan pada sebuah hadits Rasulullah yang berbunyi :</div>
<blockquote style="background-color: white; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: initial; border-image: initial; border-left-color: rgba(0, 0, 0, 0.05); border-left-style: solid; border-right-color: initial; border-right-style: initial; border-top-color: initial; border-top-style: initial; border-width: 0px 0px 0px 5px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 1.2em; font-style: italic; margin: 0px 0px 1.5em; outline: 0px; padding: 20px; position: relative; quotes: "" "";">
<div style="border: 0px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ</div>
<div style="border: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
“Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah maka dosanya di masa lalu pasti diampuni.” (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)</div>
</blockquote>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Sebagai seorang muslim yang cinta akan sunnah Rasulullah kita harus senantiasa berusaha dan menyempatkan diri untuk melakukan sunnah yang satu ini. Karena sangat disayangkan ketika amalan yang satu ini disia-siakan begitu saja.</div>
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Dzulkaidah" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Dzulkaidah </span> ( ِ<b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">ذُو القَعْدَة</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Ditinjau secara bahasa, Dzulqo’dah terdiri dari 2 kata yaitu Dzul dan Qo’dah. Dzul memiliki makna “sesuatu yang dimiliki”, dan Qo’dah memiliki makna “Temapat yang di duduki”. Pada masa jahiliyah, bulan ini juga disebut dengan waranah dan juga Al-Hawa.</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Pada bulan ini Rasulullah menganjurkan kepada kita untuk melakukan ibadah umrah. Sebagaimana dalam hadits yang artinya :</div>
<blockquote style="background-color: white; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: initial; border-image: initial; border-left-color: rgba(0, 0, 0, 0.05); border-left-style: solid; border-right-color: initial; border-right-style: initial; border-top-color: initial; border-top-style: initial; border-width: 0px 0px 0px 5px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 1.2em; font-style: italic; margin: 0px 0px 1.5em; outline: 0px; padding: 20px; position: relative; quotes: "" "";">
<div style="border: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
Dari Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu, beliau mengatakan: Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melakukan umrah sebanyak empat kali, semuanya di bulan Dzul Qo’dah, kecuali umrah yang dilakukan bersama hajinya. Empat umrah itu adalah umrah Hudaibiyah di bulan Dzul Qo’dah, umrah tahun depan di bulan Dzul Qo’dah, …(HR. Al Bukhari)</div>
</blockquote>
<h3 style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 20px; font-weight: 400; line-height: 1.2em; margin: 0px 0px 20px; outline: 0px; padding: 0px;">
<span id="Bulan_Zulhijah" style="border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">Bulan Zulhijah </span>( ِ<b style="border: 0px; color: #585858; font-family: verdana, sans-serif; font-size: 16px; font-stretch: inherit; font-variant-numeric: inherit; line-height: inherit; margin: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">ذُو الحِجَّة</b><span style="color: #585858; font-family: "verdana" , sans-serif; font-size: 16px;"> )</span></h3>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Dan daftar terakhir dari nama bulan bulan islam adalah bulan Zulhijah. 10 hari pertama yang terdapat pada bulan ini adalah hari yang paling dicintai Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Pada bulan ini juga terdapat 2 ibadah yang afdol untuk dilakukan. Ibadah tersebut adalah Ibadah Haji dan pemotongan hewan Qurban (hari raya Idul Adha).</div>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Karena tidak semua umat islam yang mampu untuk melaksanakan amalan tersebut. Rasulullah menyarankan kepada kita untuk memperbanyak dzikir. Sebagaimana yang tertulis dalam sebuah hadits yang artinya :</div>
<blockquote style="background-color: white; border-bottom-color: initial; border-bottom-style: initial; border-image: initial; border-left-color: rgba(0, 0, 0, 0.05); border-left-style: solid; border-right-color: initial; border-right-style: initial; border-top-color: initial; border-top-style: initial; border-width: 0px 0px 0px 5px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 1.2em; font-style: italic; margin: 0px 0px 1.5em; outline: 0px; padding: 20px; position: relative; quotes: "" "";">
<div style="border: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: center;">
“Imam Ahmad, rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid”.</div>
</blockquote>
<div style="background-color: white; border: 0px; color: #3a3a3a; font-family: Ubuntu, sans-serif; font-size: 15px; margin-bottom: 1.5em; outline: 0px; padding: 0px;">
Demikianlah pembahasan kita mengenai daftar nama <span style="border: 0px; font-weight: 700; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px;">bulan bulan islam</span> beserta sejarah dan keistimewaannya dalam kalender hijriyah. Mudah-mudahan kita bisa dimudahkan didalam mengajarkan anak anak kita tentang sunnah Rasulullah dan kebudayaan islam lainnya. </div>
</span></div>
</span></div>
<br />
Sumber : https://bundaaisyah.com/nama-bulan-bulan-islam/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-12241461735669476182016-09-06T19:57:00.002+07:002017-10-10T14:36:40.178+07:00Pandangan Islam tentang Perayaan Ulang Tahun<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQhrgEBMoYTILIpTDHOmOEi2wnuh6dA5UiqSIcOB3FLAJStIfQ3Euj__f0fENK8CPJGOkfc88b0Q042_rlirNI0c7VCehJNLYykost07DJWR9VHyNv-6Eu7mv-NRE-pivsGr37-5gUl5w/s1600/Ucapan+UlangTahun+Dalam+Islam+Barakallah+Fii+Umrik+Terbaru.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="537" data-original-width="1024" height="104" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhQhrgEBMoYTILIpTDHOmOEi2wnuh6dA5UiqSIcOB3FLAJStIfQ3Euj__f0fENK8CPJGOkfc88b0Q042_rlirNI0c7VCehJNLYykost07DJWR9VHyNv-6Eu7mv-NRE-pivsGr37-5gUl5w/s200/Ucapan+UlangTahun+Dalam+Islam+Barakallah+Fii+Umrik+Terbaru.jpg" width="200" /></a></div>
<b><span style="font-size: large;">Ada</span></b> hari yang dirasa spesial bagi kebanyakan orang. Hari yang mengajak untuk melempar jauh ingatan ke belakang, ketika saat ia dilahirkan ke muka bumi, atau ketika masih dalam buaian dan saat-saat masih bermain dengan ceria menikmati masa kecil.Ketika hari itu datang, manusia pun kembali mengangkat jemarinya, untuk menghitung kembali tahun-tahun yang telah dilaluinya di dunia. Ya, hari itu disebut dengan hari ulang tahun.<br />
<br />
Nah sekarang, pertanyaan yang hendak kita cari tahu jawabannya adalah: bagaimana sikap yang Islami menghadapi hari ulang tahun?
Jika hari ulang tahun dihadapi dengan melakukan perayaan, baik berupa acara pesta, atau makan besar, atau syukuran, dan semacamnya maka kita bagi dalam dua kemungkinan.<br />
<br />
<b><span style="font-size: large;">Kemungkinan pertama</span></b>, perayaan tersebut dimaksudkan dalam rangka ibadah. Misalnya dimaksudkan sebagai ritualisasi rasa syukur, atau misalnya dengan acara tertentu yang di dalam ada doa-doa atau bacaan dzikir-dzikir tertentu. Atau juga dengan ritual seperti mandi kembang 7 rupa ataupun mandi dengan air biasa namun dengan keyakinan hal tersebut sebagai pembersih dosa-dosa yang telah lalu. Jika demikian maka perayaan ini masuk dalam pembicaraan masalah bid’ah. Karena syukur, doa, dzikir, istighfar (pembersihan dosa), adalah bentuk-bentuk ibadah dan ibadah tidak boleh dibuat-buat sendiri bentuk ritualnya karena merupakan hak paten Allah dan Rasul-Nya. Sehingga kemungkinan pertama ini merupakan bentuk yang dilarang dalam agama, karena Rasul kita Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ </div>
“Orang yang melakukan ritual amal ibadah yang bukan berasal dari kami, maka amalnya tersebut tertolak” [HR. Bukhari-Muslim]<br />
<br />
Perlu diketahui juga, bahwa orang yang membuat-buat ritual ibadah baru, bukan hanya tertolak amalannya, namun ia juga mendapat dosa, karena perbuatan tersebut dicela oleh Allah. Sebagaimana hadits,<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ</div>
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)<br />
<br />
<span style="font-size: large;">Kemungkinan kedua</span>, perayaan ulang tahun ini dimaksudkan tidak dalam rangka ibadah, melainkan hanya tradisi, kebiasaan, adat atau mungkin sekedar have fun. Bila demikian, sebelumnya perlu diketahui bahwa dalam Islam, hari yang dirayakan secara berulang disebut Ied, misalnya Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat merupakan hari Ied dalam Islam. Dan perlu diketahui juga bahwa setiap kaum memiliki Ied masing-masing. Maka Islam pun memiliki Ied sendiri. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda,<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
إن لكل قوم عيدا وهذا عيدنا </div>
“Setiap kaum memiliki Ied, dan hari ini (Iedul Fitri) adalah Ied kita (kaum Muslimin)” [HR. Bukhari-Muslim]<br />
<br />
Kemudian, Ied milik kaum muslimin telah ditetapkan oleh Allah dan Rasul-Nya hanya ada 3 saja, yaitu Iedul Fitri, Iedul Adha, juga hari Jumat. Nah, jika kita mengadakan hari perayaan tahunan yang tidak termasuk dalam 3 macam tersebut, maka Ied milik kaum manakah yang kita rayakan tersebut? Yang pasti bukan milik kaum muslimin.
Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wa sallam bersabda,<br />
<div style="text-align: right;">
من تشبه بقوم فهو منهم </div>
“Orang yang meniru suatu kaum, ia seolah adalah bagian dari kaum tersebut” [HR. Abu Dawud, disahihkan oleh Ibnu Hibban]<br />
<br />
Maka orang yang merayakan Ied yang selain Ied milik kaum Muslimin seolah ia bukan bagian dari kaum Muslimin. Namun hadits ini tentunya bukan berarti orang yang berbuat demikian pasti keluar dari statusnya sebagai Muslim, namun minimal mengurangi kadar keislaman pada dirinya. Karena seorang Muslim yang sejati, tentu ia akan menjauhi hal tersebut. Bahkan Allah Ta’ala menyebutkan ciri hamba Allah yang sejati (Ibaadurrahman) salah satunya,<br />
<div style="text-align: right;">
والذين لا يشهدون الزور وإذا مروا باللغو مروا كراما</div>
“Yaitu orang yang tidak ikut menyaksikan Az Zuur dan bila melewatinya ia berjalan dengan wibawa” [QS. Al Furqan: 72]<br />
<br />
Rabi’ bin Anas dan Mujahid menafsirkan Az Zuur pada ayat di atas adalah perayaan milik kaum musyrikin. Sedangkan Ikrimah menafsirkan Az Zuur dengan permainan-permainan yang dilakukan adakan di masa Jahiliyah.
Jika ada yang berkata “Ada masalah apa dengan perayaan kaum musyrikin? Toh tidak berbahaya jika kita mengikutinya”. Jawabnya, seorang muslim yang yakin bahwa hanya Allah lah sesembahan yang berhak disembah, sepatutnya ia membenci setiap penyembahan kepada selain Allah dan penganutnya. Salah satu yang wajib dibenci adalah kebiasaan dan tradisi mereka, ini tercakup dalam ayat,<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ </div>
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya” [QS. Al Mujadalah: 22]<br />
<br />
Kemudian Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin –rahimahullah– menjelaskan : “Panjang umur bagi seseorang tidak selalu berbuah baik, kecuali kalau dihabiskan dalam menggapai keridhaan Allah dan ketaatanNya. Sebaik-baik orang adalah orang yang panjang umurnya dan baik amalannya. Sementara orang yang paling buruk adalah manusia yang panjang umurnya dan buruk amalannya.<br />
<br />
Karena itulah, sebagian ulama tidak menyukai do’a agar dikaruniakan umur panjang secara mutlak. Mereka kurang setuju dengan ungkapan : “Semoga Allah memanjangkan umurmu” kecuali dengan keterangan “Dalam ketaatanNya” atau “Dalam kebaikan” atau kalimat yang serupa. Alasannya umur panjang kadang kala tidak baik bagi yang bersangkutan, karena umur yang panjang jika disertai dengan amalan yang buruk -semoga Allah menjauhkan kita darinya- hanya akan membawa keburukan baginya, serta menambah siksaan dan malapetaka” [Dinukil dari terjemah Fatawa Manarul Islam 1/43, di almanhaj.or.id].<br />
<br />
Jika demikian, sikap yang Islami dalam menghadapi hari ulang tahun adalah: tidak mengadakan perayaan khusus, biasa-biasa saja dan berwibawa dalam menghindari perayaan semacam itu. Mensyukuri nikmat Allah berupa kesehatan, kehidupan, usia yang panjang, sepatutnya dilakukan setiap saat bukan setiap tahun. Dan tidak perlu dilakukan dengan ritual atau acara khusus, Allah Maha Mengetahui yang nampak dan yang tersembunyi di dalam dada. Demikian juga refleksi diri, mengoreksi apa yang kurang dan apa yang perlu ditingkatkan dari diri kita selayaknya menjadi renungan harian setiap muslim, bukan renungan tahunan.
Wallahu’alam.<br />
<br />
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: x-small;">Sumber: https://muslim.or.id/3793-sikap-yang-islami-menghadapi-hari-ulang-tahun.html</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-45096241883238903602016-09-02T18:08:00.002+07:002017-10-10T14:30:31.680+07:00Bulan Dzulhijjah<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCVDP60ESX3xwBZFeCjg3A4Q6TrVQHJSFNySHgVFWEykEfYbwdX9eDAds0WwmNmBYCJBEGD86sWMP99aJcGSv9MOR8i_0D8pRntJjbgEPNz2VZoRWKioS0fD0X0xEJznoU9O1DD5s5g1o/s1600/sistem-penghitungan-pada-kalender-hijriyah-menggunakan-perputaran-bulan-ilustrasi-_140220104611-298.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="409" data-original-width="610" height="133" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgCVDP60ESX3xwBZFeCjg3A4Q6TrVQHJSFNySHgVFWEykEfYbwdX9eDAds0WwmNmBYCJBEGD86sWMP99aJcGSv9MOR8i_0D8pRntJjbgEPNz2VZoRWKioS0fD0X0xEJznoU9O1DD5s5g1o/s200/sistem-penghitungan-pada-kalender-hijriyah-menggunakan-perputaran-bulan-ilustrasi-_140220104611-298.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: times, "times new roman", serif;">Bulan Dzulhijjah atau bulan keduabelas dari Kalender Islam adalah Bulan yang terdapat musim haji dan Idul Adha. Bulan ini termasuk dalam
bulan-bulan suci. Dinamakan demikian karena Ummat Islam sedunia melaksanakan
ibadah haji di bulan ini.</span><br />
<br />
<span style="font-size: small;"><b><span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;">KEUTAMAAN 10 HARI PERTAMA BULAN DZULHIJJAH DAN AMALAN YANG DISYARIATKAN</span></b></span><br />
<br />
<span style="font-family: "times" , "times new roman" , serif;"><span style="font-size: small;">Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, rahimahullah, dari Ibnu ‘Abbas
Radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh
Allah daripada hari-hari ini, yaitu : Sepuluh hari dari bulan
Dzulhijjah. Mereka bertanya : Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi
sabilillah ?. Beliau menjawab : Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali
orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak
kembali dengan sesuatu apapun”</span></span><br />
“Imam Ahmad, rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu
‘anhuma, bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tidak ada
hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan
di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah
pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid”.<br />
MACAM-MACAM AMALAN YANG DISYARIATKAN<br />
1. Melaksanakan Ibadah Haji Dan Umrah<br />
Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits
shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam:<br />
<div style="text-align: right;">
العمرة إلى العمرة كفارة لما بينهما والحج المبرور ليس له جزاء إلا الجنة </div>
“Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di
antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah
Surga”.<br />
2. Berpuasa Selama Hari-Hari Tersebut, Atau Pada Sebagiannya, Terutama Pada Hari Arafah.<br />
Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling
utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist
Qudsi :<br />
<div style="text-align: right;">
الصوم لي وأنا أجزي به ، انه ترك شهوته وطعامه وشرابه من أجلي</div>
“Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya.
Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya
semata-mata karena Aku”.<br />
Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br />
<div style="text-align: right;">
ما من عبد يصوم يوماً في سبيل الله ، إلا باعد الله بذلك اليوم وجهه عن النار سبعين خريف</div>
“Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan
Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka
selama tujuh puluh tahun”. [Hadits Muttafaqun ‘Alaih].<br />
Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah rahimahullah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :<br />
<div style="text-align: right;">
صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده .</div>
“Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”.<br />
3. Takbir Dan Dzikir Pada Hari-Hari Tersebut.<br />
Sebagaimana firman Allah Ta’ala.<br />
<div style="text-align: right;">
وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ </div>
“…. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan …”. [al-Hajj/22 : 28].<br />
Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan
Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak
dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar
Radhiyallahu ‘anhuma.<br />
<div style="text-align: right;">
فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد </div>
“Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid”. [Hadits Riwayat Ahmad].<br />
Imam Bukhari rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah
Radhiyallahu ‘anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya
mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya. Dan
Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha’, tabiin bahwa pada
hari-hari ini mengucapkan :<br />
<div style="text-align: right;">
الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد </div>
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu<br />
“Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang
Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji
hanya bagi Allah”.<br />
Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di
pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah.<br />
<div style="text-align: right;">
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ</div>
“Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu …”. [al-Baqarah/2 : 185].<br />
Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan
berkumpul pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor).
Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah
adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada
semua dzikir dan do’a, kecuali karena tidak mengerti sehingga ia harus
belajar dengan mengikuti orang lain.<br />
Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbih dan do’a-do’a lainnya yang disyariatkan.<br />
4. Taubat Serta Meninggalkan Segala Maksiat Dan Dosa.<br />
Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. Maksiat adalah penyebab
terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta’atan adalah
penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.<br />
Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.<br />
<div style="text-align: right;">
ان الله يغار وغيرة الله أن يأتي المرء ما حرم الله علي</div>
“Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala
seorang hamba melakukan apa yang diharamkan Allah terhadapnya” [Hadits
Muttafaqun ‘Alaihi].<br />
5. Banyak Beramal Shalih.<br />
Berupa ibadah sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur’an,
amar ma’ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan
tersebut pada hari itu dilipat gandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah
yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama
dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun
merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal
ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan
harta dan jiwanya.<br />
6. Disyariatkan Pada Hari-Hari Itu Takbir Muthlaq<br />
Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan
disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai
shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama’ah ; bagi selain jama’ah
haji dimulai dari sejak Fajar Hari Arafah dan bagi Jama’ah Haji dimulai
sejak Dzhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar
pada hari Tasyriq.<br />
7. Berkurban Pada Hari Raya Qurban Dan Hari-Hari Tasyriq.<br />
Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam, yakni ketika Allah
Ta’ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br />
<div style="text-align: right;">
وقد ثبت أن النبي صلى الله عليه وسلم ضحى بكبشين أملحين أقرنين ذبحهما بيده وسمى وكبّر ووضع رجله على صفاحهما </div>
“Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih
dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama
Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba
itu”. [Muttafaqun ‘Alaihi].<br />
8. Dilarang Mencabut Atau Memotong Rambut Dan Kuku Bagi Orang Yang Hendak Berkurban.<br />
Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu ‘anha bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.<br />
<div style="text-align: right;">
إذا رأيتم هلال ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضّحي فليمسك عن شعره وأظفاره </div>
“Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di
antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari
(memotong) rambut dan kukunya”.<br />
Dalam riwayat lain :<br />
<div style="text-align: right;">
فلا يأخذ من شعره ولا من أظفاره حتى يضحي </div>
“Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban”.<br />
Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah.<br />
<div style="text-align: right;">
وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه</div>
“….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan…”. [al-Baqarah/2 : 196].<br />
Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang
berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika
masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut
serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.<br />
9. Melaksanakan Shalat Iedul Adha Dan Mendengarkan Khutbahnya.<br />
Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini.
Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah
dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan ; janganlah dijadikan
kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti ;
nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan
menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh
hari.<br />
10. Selain Hal-Hal Yang Telah Disebutkan Diatas.<br />
Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan
melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala
kewajiban dan menjauhi segala larangan ; memanfaatkan kesempatan ini dan
berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya.<br />
Semoga Allah melimpahkan taufik-Nya dan menunjuki kita kepada jalan
yang lurus. Dan shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
Muhammad, kepada keluarga dan para sahabatnya.<br />
<div style="background-color: transparent; border: medium none; color: black; overflow: hidden; text-align: left; text-decoration: none;">
<div style="text-align: right;">
</div>
<div style="text-align: right;">
<i><span style="font-size: x-small;">Sumber: <a href="https://almanhaj.or.id/2888-keutamaan-10-hari-pertama-bulan-dzulhijjah-dan-amalan-yang-disyariatkan.html">https://almanhaj.or.id/2888-keutamaan-10-hari-pertama-bulan-dzulhijjah-dan-amalan-yang-disyariatkan.html</a></span></i></div>
</div>
<div style="text-align: right;">
</div>
<span style="font-family: "arial" , "helvetica" , sans-serif;"><br /></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-56248757117559386032016-09-02T17:35:00.002+07:002017-10-10T14:37:43.303+07:00Apa itu Puasa Arafah ???<div style="text-align: left;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWfegp2HMR9KmPobqWmvZXImLCkh4tZXDfT941ZpfSZyYJxYX0x_QKzIxMYEF1uhMzphuWLLzWuLEc_6DEJKSXlsUwuGcEQNd5xKKpPdDk6hdPvq1K-ZuwTCYF66h4qDThqZnI2EhfyaM/s1600/Puasa-Arofah.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="330" data-original-width="660" height="100" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgWfegp2HMR9KmPobqWmvZXImLCkh4tZXDfT941ZpfSZyYJxYX0x_QKzIxMYEF1uhMzphuWLLzWuLEc_6DEJKSXlsUwuGcEQNd5xKKpPdDk6hdPvq1K-ZuwTCYF66h4qDThqZnI2EhfyaM/s200/Puasa-Arofah.jpg" width="200" /></a></div>
<span style="font-size: large;"><u><b>Puasa Arafah</b></u> <span style="font-size: small;">adalah puasa pada Hari Arafah, yaitu hari kesembilan dari bulan Dzulhijjah. </span></span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;">Puasa ini sangat dianjurkan bagi umat muslim yang tidak pergi haji, sebagaimana terdapat dalam riwayat dari Rasulullah S.A.W tentang puasa Arafah:
“ Dari Abu Qatadah Al-Anshariy (ia berkata),” Sesungguhnya Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam pernah di tanya tentang (keutamaan) puasa pada hari Arafah?” Maka dia menjawab, “ Menghapuskan (kesalahan) tahun yang lalu dan yang sesudahnya.” (HR. Muslim no.1162 dalam hadits yang panjang) ” </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;">Di dalam hadits yang mulia ini terdapat dalil dan hujjah yang sangat kuat tentang waktu puasa Arafah, yaitu pada hari Arafah ketika manusia wuquf di Arafah. Karena puasa Arafah ini terkait dengan waktu dan tempat. Bukan dengan waktu saja seperti umumnya puasa-puasa yang lain. </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;">Oleh karena puasa Arafah itu terkait dengan tempat, sedangkan Arafah hanya ada di satu tempat yaitu di Saudi Arabia di dekat kota Makkah bukan di Indonesia atau di negeri-negeri yang lainnya, maka waktu puasa Arafah adalah ketika kaum muslimin wuquf di Arafah.</span></div>
<div style="text-align: right;">
<i><span style="font-size: x-small;">(https://id.wikipedia.org/wiki/Puasa_Arafah). </span></i></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: large;"><u><b>Keutamaan Hari Arafah</b></u> </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;">Di antara keutamaan hari Arafah (9 Dzulhijah) disebutkan dalam hadits berikut, “Di antara hari yang Allah banyak membebaskan seseorang dari neraka adalah di hari Arafah (yaitu untuk orang yang berada di Arafah). Dia akan mendekati mereka lalu akan menampakkan keutamaan mereka pada para malaikat. Kemudian Allah berfirman: Apa yang diinginkan oleh mereka?” [HR. Muslim no. 1348, dari ‘Aisyah] </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;">Keutamaan yang lainnya, hari arafah adalah waktu mustajabnya do’a. Dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sebaik-baik do’a adalah do’a pada hari Arafah.” [ HR. Tirmidzi no. 3585. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan]
Maksudnya, inilah doa yang paling cepat dipenuhi atau terkabulkan. [Lihat Tuhfatul Ahwadziy, Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim Al Mubarakfuri Abul ‘Ala, 8/482, Mawqi’ Al Islam[] Jadi hendaklah kaum muslimin memanfaatkan waktu ini untuk banyak berdoa pada Allah. Do’a ketika ini adalah do’a yang mustajab karena dilakukan pada waktu yang utama. </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;">Mengenai pengampunan dosa dari puasa Arafah, para ulama berselisih pendapat. Ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah dosa kecil. Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Jika bukan dosa kecil yang diampuni, moga dosa besar yang diperingan. Jika tidak, moga ditinggikan derajat.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 51) Sedangkan jika melihat dari penjelasan Ibnu Taimiyah rahimahullah, bukan hanya dosa kecil yang diampuni, dosa besar bisa terampuni karena hadits di atas sifatnya umum. (Lihat Majmu’ Al Fatawa, 7: 498-500). </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;">Setelah kita mengetahui hal ini, tinggal yang penting prakteknya. Juga jika risalah sederhana ini bisa disampaikan pada keluarga dan saudara kita yang lain, itu lebih baik. Biar kita dapat pahala, juga dapat pahala karena telah mengajak orang lain berbuat baik. </span></div>
<div style="text-align: left;">
<span style="font-size: small;">“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah (harta amat berharga di masa silam, pen).” (Muttafaqun ‘alaih). “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya” (HR. Muslim). </span></div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: right;">
<span style="font-size: x-small;"> <i>Sumber: https://muslim.or.id/18509-keutamaan-puasa-arafah.html</i></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-19142812846675736742013-01-25T12:13:00.001+07:002017-10-10T14:40:07.131+07:00Sejarah Peringatan Maulid Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam<br />
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqhbEKyEGoZQoIy-1R7EfssiRpvRL3Q8Qzq_MGyIQ2-5ajG1DcG3WFfGc_1h5PU5agg1I9CO3c-koZFvc8boACzM_3pQHPZFs5lqlNd-aG_vzSTHMH69LQikIvUHaRSpVaXWuV-Tf_d7Q/s1600/1907656_10152448427064371_8945984164049109919_n.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="640" data-original-width="640" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjqhbEKyEGoZQoIy-1R7EfssiRpvRL3Q8Qzq_MGyIQ2-5ajG1DcG3WFfGc_1h5PU5agg1I9CO3c-koZFvc8boACzM_3pQHPZFs5lqlNd-aG_vzSTHMH69LQikIvUHaRSpVaXWuV-Tf_d7Q/s200/1907656_10152448427064371_8945984164049109919_n.jpg" width="200" /></a></div>
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah<em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>, keluarga dan para sahabatnya.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Setiap muslim wajib mencintai Nabinya, Rasulullah Muhammad <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>. Mencintai beliau tidaklah seperti mencintai manusia selainnya. Karena mencintai beliau<em> </em>termasuk pokok ajaran dien dan pondasi dasar keimanan. Bahkan kita menjadikan kecintaan kepada beliau sebagai bagian dari ibadah yang agung. Kita beribadah dan mendekatkan diri kepada Allah dengan mencintai dan memuliakannya. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta'ala,</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
<span style="font-size: medium;">فَالَّذِينَ آَمَنُوا بِهِ وَعَزَّرُوهُ وَنَصَرُوهُ وَاتَّبَعُوا النُّورَ الَّذِي أُنْزِلَ مَعَهُ أُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ </span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
"<em>Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.</em>" (QS. Al-A'raf: 157)</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
<span style="font-size: medium;">النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
"<em>Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri</em>." (QS. Al-Ahzab: 6)</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Rasulullah<em> Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bersabda, "<em>Dan demi Zat yang jiwaku berada di tangn-Nya (Demi Allah), tidaklah beriman salah seorang kamu sehingga aku lebih ia cintai daripada diirnya, hartanya, anaknya, dan manusia seluruhnya.</em>" (HR. Al-Bukhari)</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Di dalam al-Shahih disebutkan, Amirul Mukminin Umar bin al-Khathab <em>Radhiyallahu 'Anhu</em> berkata: "Wahai Rasulullah, demi Allah sungguh engkau adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu kecuali diriku." Kemudian Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bersabda kepadanya, "Tidak, wahai Umar, sehingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Lalu Umar berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah sungguh engkau adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu sehingga daripada diriku sendiri." Kemudian Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>menyahut, "Sekarang (baru benar) wahai Umar." Maka dari sini diketahui, mencintai Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> bukan urusan nomor dua atau suatu pilihan, yakni jika seseorang mau mencintainya maka ia boleh mencintainya dan jika tidak mau maka tidak apa-apa. </div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Tetapi mencintai Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> adalah kewajiban atas setiap muslim yang menjadi inti keimanan. Kecintaan kepada beliau ini haruslah lebih kuat daripada kecintaan terhadap apapun, sampai kepada diri sendiri. Sedangkan bukti kecintaan kepada beliau <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> adalah dengan ber<em>ittiba’</em> (mengikuti sunnahnya), taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Mengambil setiap yang beliau <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> berikan dari urusan dien ini dan meningalkan apa yang beliau larang. Sehingga seorang pecinta Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>akan membenarkan setiap yang beliau beritakan, mentaati apa yang beliau perintahkan, meninggalkan apa yang beliau larang, dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang disyariatkannya.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Allah Ta'ala berfirman,</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
<span style="font-size: medium;"><strong>قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ</strong></span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
"<em>Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.</em>" (QS. Ali Imran: 31)</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Al Qadhi 'Iyadl <em>rahimahullah</em>, berkata: "Di antara bentuk cinta kepada Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> adalah dengan menolong sunnahnya, membela syariahnya, berangan-angan hidup bersamanya, . . . "</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Ibnu Rajab, dalam <em>Fathul Bari Syarh Shahih al Bukhari</em>, menyebutkan bahwa kecintaan bisa sempurna dengan ketaatan, sebagai firman Allah Ta'ala:</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
<span style="font-size: medium;">قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ</span></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
"<em>Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku.</em>" (QS. Ali Imran: 31)</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: center;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Karenanya klaim cinta kepada Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> tidak dapat diterima dengan sekadar memeringati hari kelahiran beliau. Di mana hal itu tidak pernah dilakukan oleh umat terbaik yang telah membuktikan kecintaan kepada beliau dengan sebenar-benarnya. Mereka korbankan jiwa, raga, dan apa saja yang mereka miliki untuk mendukung Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>. Maka jika kebenaran cinta kepada Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> adalah dengan memperingati dan merayakan hari kelahirannya, pastinya para sahabat akan lebih dulu mengerjakannya. Jika merayakan maulid adalah memiliki pahala besar tentu para sahabat Nabi<em> Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> akan lebih dulu mengawalinya. Tidak ada generasi yang lebih rakus kepada kebaikan dan lebih kuat kecintaan kepada Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> daripada orang-orang beriman yang pernah melihat Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam </em> dan pernah hidup bersamanya.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<strong>Sejarah Peringatan Maulid Nabi</strong></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Dalam catatan sejarah, motivasi orang-orang yang mula-mula melakukan peringatan maulid Nabi <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em> -yaitu pengikut mazhab Bathiniyyah- adalah tidak didasari rasa cinta kepada beliau, tapi untuk tujuan politis.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Pelopor pertama peringatan maulid Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> adalah Bani Ubaid al-Qaddaah atau yang lebih dikenal dengan al-Fathimiyyun atau Bani Fathimiyyah pada pertengahan abad ke empat Hijriyah, setelah berhasil memindahkan dinasti Fathimiyah dari Maroko ke Mesir pada tahun 362 H.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Perayaan maulid diadakan untuk menarik simpati masyarakat yang mayoritasnya berada dalam kondisi ekonomi yang sangat terpuruk untuk mendukung kekuasaannya dan masuk ke dalam mazhab bathiniyahnya yang sangat menyimpang dari akidah, bahkan bertentangan dengan Islam.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Pakar sejarah yang bernama Al Maqrizy menjelaskan bahwa begitu banyak perayaan yang dilakukan oleh Fatimiyyun dalam setahun. Dan beliau menyebutkan kurang lebih 25 perayaan yang rutin dilakukan setiap tahun dalam masa kekuasaannya, termasuk di antaranya adalah peringatan maulid Nabi. Tidak hanya perayaan-perayaan Islam tapi lebih parah lagi, mereka juga mengadakan peringatan hari raya orang-orang Majusi dan Nashrani yaitu hari Nauruz (tahun baru Persia), hari Al Ghottos, hari Milad (Natal), dan hari Khamisul ‘Adas (perayaan tiga hari sebelum Paskah).</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Fakta sejarah, peringatan maulid tidak ditemukan pada masa Nabi <em>shallallahu 'alaihi wasallam</em> dan masa tiga generasi pertama Islam yang disebut sebagai generasi terbaik umat ini. Sehingga menyebabkan banyak di antara ulama yang mengingkarinya dan memasukkannya ke dalam bid'ah haram.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Tak dipungkiri, di antara ulama ada yang menganggapnya sebagai bid'ah hasanah (inovasi yang baik), selama tidak dibarengi dengan kemungkaran. Pendapat ini diwakili antara lain oleh Ibnu Hajar al Atsqalani dan as-Suyuti. Keduanya mengatakan bahwa status hukum maulid Nabi adalah bid’ah mahmudah (bid’ah terpuji). Tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah <em>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</em>, tetapi keberadaannya membawa maslahat walaupun juga tidak lepas dari berbagai mudharat.</div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
Keabsahan peringatan maulid Nabi bagi mereka disandarkan pada dalil umum yang tidak berhubungan langsung dengan titik permasalahan, sedangkan para ulama yang menentangnya membangun argumentasinya melalui pendekatan normatif tekstual yang tidak ditemukan baik secara tersurat maupun secara tersirat dalam Al-Quran dan al-Sunnah, dan diperkuat dengan kaedah umum dalam ibadah yang menuntut adanya dalil spesifik yang menunjang disyariatkannya suatu ibadah. Wallahu Ta'ala A'lam. </div>
<div style="background-color: white; font-family: Arial, 'Helvetica Neue', Helvetica, Arial, sans-serif; font-size: 13px; line-height: 18px; text-align: justify;">
http://www.voa-islam.com/islamia/tsaqofah/2012/02/07/17649/sejarah-peringatan-maulid-nabi-shallallahu-alaihi-wasallam/</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-30267637962853928062012-11-18T10:01:00.000+07:002017-10-10T14:41:08.683+07:00Puasa di Bulan Muharram<br />
<div class="posttitle" style="background-color: white; color: #333333; font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; font-size: 12px; line-height: 19.450000762939453px; margin: 0px; padding: 0px;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhkOfooJS7swnyqe13f-8aQ8WH3wc2WreOBfr177fZ9pl656RLurIUSyJFBsT1ffUVCycaqpIg6q1mJ0VCMOy86J5sJk3m9m5J9bOMJjych27JWg31M_r9XONM9jZswG0B7W_tdoo6R2I/s1600/puasa_hari_asyura__10_muharram.jpeg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="844" data-original-width="960" height="175" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjhkOfooJS7swnyqe13f-8aQ8WH3wc2WreOBfr177fZ9pl656RLurIUSyJFBsT1ffUVCycaqpIg6q1mJ0VCMOy86J5sJk3m9m5J9bOMJjych27JWg31M_r9XONM9jZswG0B7W_tdoo6R2I/s200/puasa_hari_asyura__10_muharram.jpeg" width="200" /></a></div>
<span style="font-family: "verdana" , "tahoma" , "arial" , sans-serif; font-size: 12px; text-align: justify;">Puasa selain merupakan ibadah yang mulia di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala juga mengandung sekian banyak manfaat yang lain. Dengan berpuasa seseorang dapat mengendalikan syahwat dan hawa nafsunya. Dan puasa juga menjadi perisai dari api neraka. Puasa juga dapat menghapus dosa-dosa dan memberi syafaat di hari kiamat. Dan puasa juga dapat membangkitkan rasa solidaritas kemanusiaan, serta manfaat lainnya yang sudah dimaklumi terkandung pada ibadah yang mulia ini.</span><br />
<div>
<span style="text-align: justify;"><br /></span></div>
<div class="post-info" style="background-image: url(https://s0.wp.com/wp-content/themes/pub/mistylook/img/underline1.jpg); background-position: 0% 100%; background-repeat: no-repeat no-repeat; color: #999999; font-size: 0.9em; line-height: 1.6em; padding: 0px 0px 12px;">
<span style="color: #333333; font-size: 12px; line-height: 19.450000762939453px; text-align: justify;">Pada bulan Muharram ada satu hari yang dikenal dengan sebutan hari ‘Asyura. Orang-orang jahiliyah pada masa pra Islam dan bangsa Yahudi sangat memuliakan hari ini. Hal tersebut karena pada hari ini Allah Subhanahu wa Ta’ala selamatkan Nabi Musa ‘alaihissalam dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya. Bersyukur atas karunia Allah Subhanahu wa Ta’ala kepadanya, Nabi Musa ‘alaihissalam akhirnya berpuasa pada hari ini. Tatkala sampai berita ini kepada Nabi kita Shallallahu ‘alaihi wassalam, melalui orang-orang Yahudi yang tinggal di Madinah beliau bersabda,</span></div>
</div>
<div class="entry" style="background-color: white; color: #333333; font-family: verdana, tahoma, arial, sans-serif; line-height: 19.45px; margin: 1em 0px; overflow: hidden; padding: 0px 1em 0px 0px;">
<div dir="ltr" style="margin: 0px; padding: 0px;">
<div style="margin: 0px; padding: 0px;">
<div style="font-size: 12px; margin: 0px; padding: 0px;">
<div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">
<span id="more-3933" style="margin: 0px; padding: 0px;"></span></div>
<div align="right" style="margin: 0px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "traditional arabic"; font-size: medium; margin: 0px; padding: 0px;">فَأَنَا أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ</span></div>
<div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">
“Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi)”.</div>
<div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">
Yang demikian karena pada saat Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam sampai di Madinah, beliau mendapati Yahudi Madinah berpuasa pada hari ini, maka beliau sampaikan sabdanya sebagaimana di atas. Semenjak itu beliau Shallallahu’alaihi wasallam memerintahkan ummatnya untuk berpuasa, sehingga jadilah puasa ‘Asyura diantara ibadah yang disukai di dalam Islam. Dan ketika itu puasa Ramadhan belum diwajibkan.</div>
<div style="line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding: 0px;">
Adalah Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhu yang menceritakan kisah ini kepada kita sebagaimana yang terdapat di dalam Shahih Bukhari No 1900,</div>
<div align="right" style="margin: 0px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "traditional arabic"; font-size: medium; margin: 0px; padding: 0px;">قَدِمَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ المَدِيْنَةَ فَرَأَى اليَهُوْدَ تَصُوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاء فَقَالَ:ماَ هَذَا؟ قَالُوْا هَذَا يَوْمٌ صَالِحٌ هَذَا يَوْمٌ نَجَّى اللهُ بَنِيْ إِسْرَائِيْلَ مِنْ عَدُوِّهِمْ فَصَامَهُ مُوْسَى. قَالَ: فَأَناَ أَحَقُّ بِمُوْسَى مِنْكُمْ. فَصَامَهُ وَأَمَرَ بِصِيَامِهِ</span></div>
<div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">
“Tatkala Nabi Shallallahu’alaihi wasallam datang ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa di hari ‘Asyura. Beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bertanya, “Hari apa ini?”. Orang-orang Yahudi menjawab, “Ini adalah hari baik, pada hari ini Allah selamatkan Bani Israil dari musuhnya, maka Musa ‘alaihissalam berpuasa pada hari ini. Nabi Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, “Saya lebih berhak mengikuti Musa dari kalian (kaum Yahudi). Maka beliau berpuasa pada hari itu dan memerintahkan ummatnya untuk melakukannya”. [HR Al Bukhari]</div>
<div style="line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding: 0px;">
Dan dari Aisyah radiyallahu ‘anha, ia mengisahkan,</div>
<div align="right" style="margin: 0px; padding: 0px;">
<span style="font-family: "traditional arabic"; font-size: medium; margin: 0px; padding: 0px;">كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَمَرَ بِصِيَامِ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ فَلَمَّا فُرِضَ رَمَضَانَ كَانَ مَنْ شَاءَ صَامَ وَمَنْ شَاءَ أَفْطَرَ</span></div>
<div style="line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding: 0px;">
<b style="margin: 0px; padding: 0px;">“Dahulu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam memerintahkan untuk puasa di hari ‘Asyura.</b> Dan ketika puasa Ramadhan diwajibkan, barangsiapa yang ingin (berpuasa di hari ‘Asyura) ia boleh berpuasa dan barangsiapa yang ingin (tidak berpuasa) ia boleh berbuka”. [HR Al Bukhari No 1897]<br />
<b style="margin: 0px; padding: 0px;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Keutamaan puasa ‘Asyura di dalam Islam.</b></div>
<div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">
Di masa hidupnya Nabi Shallallahu ‘alaihi wassalam<b style="margin: 0px; padding: 0px;"> berpuasa di hari ‘Asyura.</b>Kebiasaan ini bahkan sudah dilakukan beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam sejak sebelum diwajibkannya puasa Ramadhan dan terus berlangsung sampai akhir hayatnya. Al Imam Al Bukhari (No 1902) dan Al Imam Muslim (No 1132) meriwayatkan di dalam shahih mereka dari Abdullah bin Abbas radiyallahu ‘anhuma, ia berkata,</div>
<div align="right" style="margin: 0px; padding: 0px;">
مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَومَ فَضْلِهِ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا اليَوْمِ يَوْمُ عَاشُوْرَاءَ وَهذَا الشَّهْرُ يَعْنِي شَهْرُ رَمَضَانَ</div>
<div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">
“Aku tidak pernah mendapati Rasulullah menjaga puasa suatu hari karena keutamaannya dibandingkan hari-hari yang lain kecuali hari ini yaitu hari ‘Asyura dan bulan ini yaitu bulan Ramadhan”.</div>
<div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">
Hal ini menandakan akan keutamaan besar yang terkandung pada puasa di hari ini. Oleh karena itu ketika beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam ditanya pada satu kesempatan tentang puasa yang paling afdhal setelah Ramadhan, beliau menjawab bulan Allah Muharram. Dan Al Imam Muslim serta yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah radiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,</div>
<div align="right" style="margin: 0px; padding: 0px;">
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ، شَهْرُ اللهِ المُحَرَّمُ. وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الفَرِيْضَةَ، صَلاَةُ اللَّيْلِ</div>
<div style="line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding: 0px;">
“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) di bulan Allah Muharram. Dan shalat yang paling utama setelah shalat wajib adalah shalat malam”.<br />
Dan puasa ‘Asyura menggugurkan dosa-dosa setahun yang lalu. Al Imam Abu Daud meriwayatkan di dalam Sunan-nya dari Abu Qatadah Radhiallahu’anhu</div>
<div align="right" style="margin: 0px; padding: 0px;">
وَصَوْمُ يَوْمَ عَاشُوْرَاءَ إنِّي أَحْتَسِبُ عَلَى اللّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَ؆َة َالتِيْ قَبْلَهُ</div>
<div style="line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding: 0px;">
“Dan puasa di hari ‘Asyura, sungguh saya mengharap kepada Allah bisa menggugurkan dosa setahun yang lalu”.<br />
<b style="margin: 0px; padding: 0px;"><br style="margin: 0px; padding: 0px;" />Hukum Puasa ‘Asyura</b></div>
<div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">
Sebagian ulama salaf menganggap puasa ‘Asyura hukumnya wajib akan tetapi hadits ‘Aisyah di atas menegaskan bahwa kewajibannya telah dihapus dan menjadi ibadah yang mustahab (sunnah). Dan Al Imam Ibnu Abdilbarr menukil ijma’ ulama bahwa hukumnya adalah mustahab.<br />
<br /></div>
</div>
<div style="margin: 0px; padding: 0px;">
<div style="font-size: 12px; line-height: 1.6em; margin-bottom: 0.7em; margin-top: 0.7em; padding: 0px;">
<b style="margin: 0px; padding: 0px;">Waktu Pelaksanaan Puasa ‘Asyura</b></div>
<div style="font-size: 12px;">
<span style="text-align: justify;">Jumhur ulama dari kalangan salaf dan khalaf berpendapat bahwa hari ‘Asyura adalah hari ke-10 di bulan Muharram. Di antara mereka adalah Said bin Musayyib, Al Hasan Al Bashri, Malik, Ahmad, Ishaq dan yang lainnya. Dan dikalangan ulama kontemporer seperti Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin Rahimahullah. Pada hari inilah Rasullah Shallallahu’alaihi wasallam semasa hidupnya melaksanakan puasa ‘Asyura. Dan kurang lebih setahun sebelum wafatnya, beliau Shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda,</span></div>
<div align="right" style="font-size: 12px; margin: 0px; padding: 0px;">
لَئِنْ بَقِيْتُ إِلَى قَابِلٍ َلأَصُوْمَنَّ التَاسِعَ</div>
<div style="font-size: 12px; margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">
“Jikalau masih ada umurku tahun depan, aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”</div>
<div style="margin: 0px; padding: 0px; text-align: justify;">
<div style="font-size: 12px;">
Para ulama berpendapat perkataan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam , “…aku akan berpuasa tanggal sembilan (Muharram)”, mengandung kemungkinan beliau ingin memindahkan puasa tanggal 10 ke tanggal 9 Muharram dan beliau ingin menggabungkan keduanya dalam pelaksanaan puasa ‘Asyura. Tapi ketika Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wassalam ternyata wafat sebelum itu maka yang paling selamat adalah puasa pada kedua hari tersebut sekaligus, tanggal 9 dan 10 Muharram. </div>
<div style="font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="font-size: 12px;">
Cara mengerjakan puasa Tasu'a dan Asyura sama seperti mengerjakan puasa pada umumnya, yang memedakan hanya niatnya, berikut niat puasa Tasu'a dan puasa Asyura :</div>
<div style="font-size: 12px;">
<br /></div>
<div style="color: #323233; font-family: "Open Sans", arial, sans-serif; padding: 0px 0px 25px; text-align: left;">
<strong style="margin: 0px; padding: 0px;">Niat Puasa Tasu'a Tanggal 9 Muharram</strong></div>
<div style="color: #323233; font-family: "open sans", arial, sans-serif; padding: 0px 0px 25px; text-align: left;">
<span style="font-size: 17px;"> </span> <span style="font-size: x-large;">نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُعَاءْ سُنَّةَ ِللهِ تَعَالَى</span></div>
<div style="color: #323233; font-family: "Open Sans", arial, sans-serif; padding: 0px 0px 25px; text-align: left;">
<span style="text-align: center;"> </span><span style="font-family: "open sans" , "arial" , sans-serif; font-size: 17px;">Artinya: Saya niat puasa </span><span style="font-family: "open sans" , "arial" , sans-serif; font-size: 17px;">hari tasu’a, sunnah karena Allah ta’ala</span></div>
<div style="color: #323233; font-family: "Open Sans", arial, sans-serif; padding: 0px 0px 25px; text-align: left;">
<strong style="margin: 0px; padding: 0px;">Niat Puasa Asyura Tanggal 10 Muharram</strong></div>
<div style="color: #323233; font-family: "open sans", arial, sans-serif; padding: 0px 0px 25px; text-align: left;">
<span style="font-size: 17px;"> </span><span style="font-size: large;"> </span><span style="font-size: x-large;"> نَوَيْتُ صَوْمَ عَشُرَ سُنَّةَ ِللهِ تَعَالَى</span></div>
<div style="color: #323233; font-family: "Open Sans", arial, sans-serif; padding: 0px 0px 25px; text-align: center;">
<span style="font-family: "open sans" , "arial" , sans-serif; font-size: 17px; text-align: left;">Artinya: Saya niat puasa </span><span style="font-family: "open sans" , "arial" , sans-serif; font-size: 17px; text-align: left;">hari asyura , sunnah karena Allah ta’ala</span></div>
<div style="font-size: 12px;">
<span style="line-height: 1.6em;">Jazakumullahu khoiron...</span></div>
<div style="font-size: 12px;">
<span style="line-height: 1.6em;">Wallahua’lam. Sumber http://safan.wordpress.com</span></div>
</div>
</div>
</div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-87927601151474302742012-11-15T06:25:00.005+07:002017-10-10T14:43:31.244+07:00Makna Tahun Baru 1434 Hijriyah<div style="text-align: center;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYZyXPqkCQ1YUWwqL-wbmBgpXQUtt7n5TvL0eQ6BGgFnro88AISerU5IuuTivY7aeEb2HBqFv-QGFvDKxqQpDfAmLcT4Oo0bJrO1N6exD3ZSnWVtV0ihUoG2MlivyaJLEeExGA1Ty1VXA/s1600/tahu-baru-islam-1439-h_20170919_215928.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="393" data-original-width="700" height="111" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiYZyXPqkCQ1YUWwqL-wbmBgpXQUtt7n5TvL0eQ6BGgFnro88AISerU5IuuTivY7aeEb2HBqFv-QGFvDKxqQpDfAmLcT4Oo0bJrO1N6exD3ZSnWVtV0ihUoG2MlivyaJLEeExGA1Ty1VXA/s200/tahu-baru-islam-1439-h_20170919_215928.jpg" width="200" /></a></div>
<div style="text-align: left;">
Sang waktu terus berjalan. Tak terasa kita masuki tahun baru 1434
Hijriah. Itu artinya hijrah Rasulullah SAW. beserta para sahabatnya ke
Madinah telah berumur 1434 tahun. Sebuah peristiwa bersejarah yg patut
dikenang. Di dalamnya terkandung makna dan keteladanan untuk sebuah
pengorbanan sejati yg mengapresiasikan perlawanan akan kebatilan
sekaligus sikap konsisten mengedepankan kepentingan misi dari
kepentingan apa pun.</div>
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
Dalam <i>Ath-Thabaqat</i>
Al-Laits bin Sa’ad mengutip sebuah riwayat dari Ibunda Aisyah r.a. adalah Rasulullah SAW. bersuka-cita saat jumlah pengikutnya mencapai tujuh
puluh orang karena itu artinya Allah telah membuatkan “tameng pertahanan”.
Bukan sembarangan mereka terdiri dari kaum profesional di bidang
peperangan persenjataan dan pembelaan. Toh permusuhan dan penyiksaan
kaum musyrik bertambah gencar dan berat. Bahkan tingkat siksaan dan
celaan yg dirasakan sahabat belum pernah dialami sebelumnya. Mereka pun
mengadu kepada Rasulullah saw. dan meminta izin untuk berhijrah. Pengaduan
dan permintaan itu dijawab oleh Rasulullah saw. <i>“Sesungguhnya aku
pun telah diberi tahu bahwa tempat kalian adalah Yatsrib. Barangsiapa yg
ingin keluar-hijrah- maka hendaklah ia keluar ke Yatsrib.”</i> Para
sahabat kemudian hijrah secara bergelombang dan tentu saja dengan
sembunyi-sembunyi kecuali Umar bin al-Khattab r.a. Dengan tegas Umar
bahkan bersuara lantang “Barangsiapa ingin ibunya kehilangan anaknya
atau istrinya menjadi janda atau anaknya menjadi yatim piatu hendaklah
ia menghadangku di balik lembah ini.” Sebuah tantangan yg antiklimaks
karena tak satu pun orang kafir Quraisy yg berani menampakkan batang
hidungnya. Tibalah Rasulullah di Yatsrib setelah sebelumnya para
sahabatnya lebih dulu sampai. Beliau disambut dengan penuh suka cita oleh
sahabat Anshar. Yatsrib di kemudian hari diganti namanya menjadi
Al-Madinah al-Munawwarah. Hijrah itu sekaligus menjadi tonggak awal
dimulainya kalender Islam. </div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
Makna Hijrah Secara harfiah hijrah artinya
berpindah. Secara istilah ia mengandung dua makna hijrah <i>makani </i> dan hijrah <i>maknawi </i>. Hijrah <i>makani</i>
artinya hijrah secara fisik berpindah dari suatu tempat yg kurang baik
menuju yg lebih baik dari negeri kafir menuju negeri Islam. Adapun hijrah
maknawi artinya berpindah dari nilai yg kurang baik menuju nilai yg lebih
baik dari kebatilan menuju kebenaran dari kekufuran menuju keislaman.
Ringkasnya hijrah kepada tuntunan Allah dan Rasul-Nya. Makna terakhir
oleh Ibnu Qayyim bahkan dinyatakan sebagai<i> al-hijrah al-haqiqiyyah</i>
. Alasannya hijrah fisik adalah refleksi dari hijrah maknawi itu sendiri.
Dua makna hijrah tersebut sekaligus terangkum dalam hijrah Rasulullah
SAW. dan para sahabatnya ke Madinah. Secara <i>makani </i> jelas mereka
berjalan dari Mekah ke Madinah menempuh padang pasir sejauh kurang lebih
450 km. Secara maknawi juga jelas mereka hijrah demi terjaganya misi
Islam. Al-Qahthani menyatakan bahwa hijrah sebagai urusan yg besar. </div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
Hijrah berhubungan erat dgn <i>al-wala’ wal-bara’</i> . <i>Bal hiya min ahammi takaalifahaa</i>
bahkan ia termasuk manifestasi yg paling penting. Penting karena menyangkut ketepatan sikap seorang muslim dalam memberikan perwalian
kesetiaan dan pembelaan. Juga menyangkut ketepatan seorang muslim dalam
menampakkan penolakan dan permusuhan kepada yg patut dimusuhi. Dalam
sejarah para rasul juga dekat dengan tradisi hijrah dan semua atas semangat
penegasan batas sebuah loyalitas kesetiaan keimanan yg berujung pada
menuju yg lbh baik atas rida Allah. Sebut misalnya Nabi Ibrahim
Khalilullah beliau telah melakukan hijrah beberapa kali dari Babilon ke
Palestina dari Palestina ke Mesir dari Mesir ke Palestina lagi semua
demi risalah suci. Termasuk hijrah beliau dari Palestina menuju Mekah yg
dalam perkembangannya menjadi syariat haji. Adalah Ibrahim a.s. yg baru
dikarunia Ismail anak yg selama ini dinanti harus meninggalkan
Palestina bersama istrinya Hajar menuju tanah gersang tak bertuan. Di
tempat itulah Ibrahim meninggalkan anak dan istrinya dengan hanya dibekali
sekantong makanan dan seteko air. </div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
Ibnu Katsir menceritakan dalam
tafsirnya Saat Nabi Ibrahim hendak berlalu sang istri menarik tali
kekang tunggangannya dan bertanya “Apakah Kanda akan meninggalkanku
bersama anakmu di tempat yg tiada tanaman lagi tak bertuan?” Ibrahim
a.s. terdiam. Hajar mengulangi pertanyaannya hingga tiga kali dan tetap
saja Ibrahim diam. Sampai akhirnya Hajar mengganti pertanyaan “Apakah
Allah yg memerintahkanmu melakukan hal ini.” “Benar” jawab Ibrahim.
Hajar menimpali “Jika demikian Allah tidak akan mempersulit kami.”
Sungguh sebuah dialog yg menusuk hati merefleksikan keimanan yg amat
dalam sebuah ketundukan sekaligus pengorbanan yg menakjubkan. Terpancar
sikap tawakal yg begitu tinggi bahwa hanya Allah Yang Maha Menghidupkan
Maha Memberi Rezeki Maha Mematikan. Sempurnalah implementasi hijrah pada
diri Ibrahim a.s. dan keluarganya baik secara <i>makani</i> maupun
maknawi. Ibrah dari Hijrah Pelajaran yg nyata dari peristiwa hijrah adalah sebuah pengorbanan. Setelah para sahabat keluar dari ujian berupa
siksaan dan cercaan dari Kafir Quraisy di Mekah tidak otomatis
menjadikan mereka bebas dari ujian berikutnya. Yang paling gamblang adalah cobaan meninggalkan kemapanan. Tengoklah bagaimana sahabat meninggalkan
keluarga tercinta rumah pekerjaan tanah air dan sanak kadang. </div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
Secara
lahiriyah umumnya naluri manusia akan menyatakan ujian itu sungguh
berat. Meninggalkan nilai material yg barangkali selama ini mereka
rintis dan perjuangkan. Berpindah ke suatu tempat asing yg penuh
spekulasi. Toh kecintaan para sahabat akan Islam mengalahkan kecintaan
pada semua itu. Kesucian akidah di atas segalanya. Hal ini sekaligus
menegaskan betapa maslahat din menempati pertimbangan tertinggi dari
maslahat-maslahat yg lain. Pelajaran lain hijrah menegaskan adanya
perseteruan abadi antara kebatilan versus kebenaran. Ibarat minyak dan
air ia tidak akan bisa bertemu karenanya adalah sebuah utopia upaya-upaya
“mengawinkan” antara nilai Islam dgn <i>civic culture</i> yg
bertentangan dgn Islam terlebih jika dilandasi nafsu mendahulukan budaya
ketimbang nilai Islam atas nama pluralisme dan humanisme. Pelajaran
berikutnya adalah perseteruan kebenaran versus kebatilan mengharuskan
manusia memilih salah satu di antara keduanya tidak ada sikap
“non-blok”. Allah SWT berfirman yg artinya “Kebenaran itu datang dari
Rabb-mu maka jangan sekali-kali engkau termasuk orang yg ragu-ragu.” .
Untuk menangkap spirit hijrah lebih jauh rumusan sederhana Ibnu Qayyim
cukup menarik katanya dalam kata hijrah terkandung arti berpindah “dari”
dan berpindah “menuju”. Maksudnya berpindah dari yg semula tidak sesuai
dgn tuntunan Allah dan Rasul-Nya menuju kepada yg sesuai dengan tuntunan
Allah dan Rasul-Nya. Jika rumusan global tersebut betul-betul dihayati
tiap muslim untuk selanjutnya secara konsisten diterapkan dalam
sendi-sendi kehidupan barangkali nasib umat Islam secara umum akan lebih
baik dari sekarang. </div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
<br /></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
Seorang koruptor akan berhenti dari korupsinya para
preman akan menghentikan aksi premanismenya tidak ada lagi orang miskin yang bersuka cita karena kucuran infak para dermawan.
Para dai berhenti bersengketa antar mereka dalam urusan yg kurang
prinsip dan seterusnya. Lantas mengapa kenyataannya tidak demikian?
Barangkali krn kita kurang menghayati dan mengamalkan arti hijrah
sebagaimana mestinya. Wallahu a’lam. . Referensi 1. <i>Tafsir Al-Qur’an al-Azhim</i> Ibnu Katsir2. <i>Al-Wala’ wal-Bara’ fil-Islam</i> Muhammad Sa’id al-Qahthani3. <i>Fiqhus-Sirah</i> Dr. Muhammad Sa’id Ramadhan al-Buthi Al-Islam - <i>Pusat Informasi dan Komunikasi Islam Indonesia</i></div>
</div>
<div style="text-align: center;">
</div>
<div style="text-align: center;">
<div style="text-align: left;">
sumber file al_islam.chm</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-16728663783649437952012-11-09T11:14:00.001+07:002017-10-10T14:45:12.122+07:00Cerita Tentang KATAK Kecil<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6EEzreo7xCJhqEZ84HI4eLZNIBlIA8wNT5us3pws25YiK0zf5X1jWi1eYTKwr1VCR5xvJi29v30e_VXdQMLbZsS4o4W4tG7lHddu8R1PaU2JS7dZXWbyjoM00fHWBWHbI5b1jRaabhCw/s1600/kisahkatakkecil-090619092654-phpapp01-thumbnail-4.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="576" data-original-width="768" height="150" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEh6EEzreo7xCJhqEZ84HI4eLZNIBlIA8wNT5us3pws25YiK0zf5X1jWi1eYTKwr1VCR5xvJi29v30e_VXdQMLbZsS4o4W4tG7lHddu8R1PaU2JS7dZXWbyjoM00fHWBWHbI5b1jRaabhCw/s200/kisahkatakkecil-090619092654-phpapp01-thumbnail-4.jpg" width="200" /></a></div>
Pada suatu hari, ada sekumpulan katak-katak kecil yang berlomba-lomba<br />
Tujuannya adalah mencapai puncak menara yang sangat tinggi...<br />
<br />
Penonton berkumpul bersama mengelilingi menara untuk menyaksikan perlombaan dan<br />
untuk memberikan semangat kepada peserta...<br />
<br />
Perlombaan pun dimulai...<br />
<br />
Secara jujur, tak satupun penonton benar-benar percaya bahwa katak-katak kecil<br />
akan bisa berhasil mencapai puncak menara...<br />
<br />
Terdengar ada yang berkata : "Oooh jalannya terlalu susahhh!!! mereka tidak akan bisa sampai ke puncak<br />
atau tidak ada kesempatan untuk berhasil, menaranya terlalu tinggi...<br />
<br />
Katak-katak kecil mulai berjatuhan satu persatu...<br />
<br />
Kecuali mereka yang tetap bersemangat menaiki menara perlahan-lahan semakin tinggi<br />
dan semakin tinggi...<br />
<br />
Penonton terus bersorak..."terlalu susah!!!tak seekor pun alan berhasil!!!"<br />
<br />
Lebih banyak lagi katak kecil yang lelah dan menyerah...<br />
<br />
Tetapi ada SATU yang tetap melangkah semakin tinggi dan tinggi,<br />
...DIA TAK KENAL KATA LELAH...<br />
<br />
Akhirnya yang lain telah menyerah untuk menaiki menara,<br />
keculai seekor KATAK KECIL yang begitu berusaha keras dan<br />
menjadi satu-satunya yang berhasil sampai ke PUNCAK...<br />
<br />
Semua Katak kecil lain ingin tahu bagaimana katak ini bisa melakukannya ?<br />
<br />
Seekor peserta bertanya, bagaimana katak yang berhasil itu mempunyai kekuatan<br />
untuk mencapai tujuan ?<br />
<br />
Ternyata...Katak yang menjadi pemenang itu TULI!!!<br />
<br />
Nasehat dari cerita ini...<br />
<i>Jangan sekali-kali mendengat kata orang lain</i><br />
<i>yang mempunyak kecendrungan negatif ataupun pesimis...</i><br />
<i>Karena mereka akan mengambil sebagian besar mimpi kita dan menjauhkannya dari kita.</i><br />
<i><br /></i>
<i>Selalu ingat kata-kata bertuah yang ada...KARENA SESUATU YANG KITA DENGAR</i><br />
<i>DAN KITA BACA AKAN MEMPENGARUHI PRILAKU KITA...</i><br />
<i><br /></i>
<i>Karena itu selalu tetap POSITIF...</i><br />
<i><br /></i>
<i>Dan yang terpenting, bersikap TULI jika ada orang mengatakan bahwa kita tidak bisa</i><br />
<i>mencapai CITA-CITA kita!!!</i><br />
<i><br /></i>
<i>Selalu berpikir...I CAN DO THIS...</i><br />
<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-60070014630944825992012-10-25T11:35:00.002+07:002017-10-10T14:47:10.337+07:00Sesungguhnya Kita Milik Allah Dan Kepada-Nya Kita Kembali<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-jSWBMPYrtv3GO4qNZHDSwyC8uXWw8VxuBKRrZ7hR8DeaWtbG_GUtbnhGFCEl5RNMDuFd-KWJ6A_TCVrJecu5P0zN5SwHn1E-ie2iHHaDyQsw-tHY-_VlQBx7ShZwqVW1lDOLFNMxKM0/s1600/innaaalillaaahi.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="500" data-original-width="500" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-jSWBMPYrtv3GO4qNZHDSwyC8uXWw8VxuBKRrZ7hR8DeaWtbG_GUtbnhGFCEl5RNMDuFd-KWJ6A_TCVrJecu5P0zN5SwHn1E-ie2iHHaDyQsw-tHY-_VlQBx7ShZwqVW1lDOLFNMxKM0/s200/innaaalillaaahi.jpg" width="200" /></a></div>
Pentingnya Istirja’ ketika Musibah<br />
<br />
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهَ رَاجِعُوْنَ<br />
<br />
“Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.”<br />
<br />
Yang namanya musibah tentu rasanya tidak mengenakkan. Makanya banyak manusia merasa tidak suka bila hidupnya tiba-tiba menjadi menderita karena musibah. Kehidupan yang selama ini mapan bisa hancur tak bersisa. Tidak sedikit di antara mereka yang mengalami kesedihan berlarut-larut hingga menyebabkan stress. Bagaimana kiat menghadapi musibah secara benar dan bijak?<br />
<br />
Dalam menapaki kehidupan dunia yang fana ini, manusia senantiasa dihadapkan pada dua keadaan, bahagia atau sengsara. Perubahan keadaan itu bisa terjadi kapan saja sesuai dengan takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala. Namun hanya orang yang beriman yang bisa lurus dalam menyikapi silih bergantinya situasi dan kondisi. Hal ini karena ia meyakini keagungan dan kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta tahu akan kelemahan dirinya.<br />
<br />
Tidak dipungkiri, musibah dan bencana akan selalu menyisakan kesedihan dan kepedihan. Betapa tidak, sekian orang yang dicinta kini telah tiada. Harta benda musnah tak tersisa. Berbagai agenda dan acara pun harus tertunda. Bahkan segenap pikiran tercurah untuk meratapi diri.<br />
<br />
Kondisi yang menyayat ini terkadang menggugah orang yang dalam hatinya ada sifat rahmat dan belas kasih. Sehingga uluran tangan dan bela sungkawa pun mengalir dari berbagai arah. Intinya, meringankan penderitaan orang yang terkena bencana. Nilai kepedulian yang datang dari orang lain jelas memberi arti. Namun yang terpenting adalah bagaimana menghibur hati orang yang menderita itu serta menumbuhkan seribu harapan untuk menatap masa depannya. Hal ini penting, karena bantuan dari manusia bisa terputus, dan orang yang kemarin membantu mungkin saja kini justru perlu dibantu.<br />
<br />
Ini ketika mereka membantu dengan tulus dan tidak ada tendensi lain. Maka bagaimana kiranya jika kebanyakan orang yang membantu punya tujuan-tujuan politis atau bahkan para misionaris yang ingin menancapkan cakarnya di tubuh orang-orang yang lemah untuk dimurtadkan?<br />
<br />
Maka sudah seharusnya kita umat Islam menjadi orang-orang yang terdepan dalam memberikan bantuan kepada orang-orang yang sedang ditimpa musibah, baik bantuan moril ataupun materil. Kita paparkan di hadapan umat tentang keagungan syariat ini serta keindahannya, dan bahwa Islam ini mampu menjawab problematika zaman. Kita sampaikan hiburan yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, Rasul-Nya serta petuah para salaf umat ini.<br />
<br />
Hakikat Musibah<br />
<br />
Musibah adalah perkara yang tidak disukai yang menimpa manusia. Berkata Al-Imam Al-Qurthubi: “Musibah adalah segala apa yang mengganggu seorang mukmin dan yang menimpanya.” (Al-Jami’ li Ahkamil Qur`an, 2/175)<br />
<br />
Macam-macam Musibah<br />
<br />
Sungguh musibah beragam bentuknya. Ada yang menimpa jiwa seseorang, tubuhnya, hartanya, keluarganya, dan yang lainnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِنَ اْلأَمْوَالِ وَاْلأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ<br />
<br />
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155)<br />
<br />
Ath-Thabari berkata: “Ini adalah pemberitaan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada para pengikut Rasul-Nya, bahwa Ia akan menguji mereka dengan perkara-perkara yang berat, supaya (nyata) diketahui orang yang mengikuti rasul dan orang yang berpaling.” (Jami’ul Bayan, 2/41)<br />
<br />
Pentingnya Istirja’ ketika Musibah<br />
<br />
Istirja’ adalah ucapan:<br />
<br />
إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهَ رَاجِعُوْنَ<br />
<br />
“Sesungguhnya kita milik Allah dan kepada-Nya kita kembali.”<br />
<br />
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ. الَّذِيْنَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ. أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُوْنَ<br />
<br />
“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah mereka mengucapkan: ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.’ Mereka itulah yang mendapat keberkahan yang sempurna dan rahmat dari Rabb mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 155-157)<br />
<br />
Shahabiyah Ummu Salamah menyebutkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:<br />
<br />
مَا مِنْ مُسْلِمٍ تُصِيْبُهُ مُصِيْبَةٌ فَيَقُوْلُ مَا أَمَرَهُ اللهُ: إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ اللَّهُمَّ أْجُرْنِي فِي مُصِيْبَتِي وَاخْلُفْ لِي خَيْرًا مِنْهَا؛ إِلاَّ أَخْلَفَ اللهُ لَهُ خَيْرًا مِنْهَا<br />
<br />
“Tiada seorang muslim yang ditimpa musibah lalu ia mengatakan apa yang diperintahkan Allah (yaitu): ‘Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, wahai Allah, berilah aku pahala pada (musibah) yang menimpaku dan berilah ganti bagiku yang lebih baik darinya’; kecuali Allah memberikan kepadanya yang lebih baik darinya.” (HR. Muslim no. 918)<br />
<br />
Ummu Salamah berkata: “Tatkala Abu Salamah meninggal, aku mengucapkan istirja’ dan mengatakan: ‘Ya Allah, berilah saya pahala pada musibah yang menimpa saya dan berilah ganti bagi saya yang lebih baik darinya.’<br />
<br />
Kemudian aku berpikir kiranya siapa orang yang lebih baik bagiku daripada Abu Salamah? Maka tatkala telah selesai masa ‘iddah-ku, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam (datang) meminta izin untuk masuk (rumahku) di mana waktu itu aku sedang menyamak kulit… Lalu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melamarku.<br />
<br />
Tatkala Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah selesai dari pembicaraannya, aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, sebenarnya saya mau dilamar tapi saya seorang wanita yang sangat pencemburu. Saya khawatir, anda akan melihat dari saya sesuatu yang nantinya Allah akan mengazab saya karenanya. Saya juga orang yang sudah berumur dan banyak anak.’<br />
<br />
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Adapun apa yang engkau sebutkan tentang sifat cemburu, niscaya Allah akan menghilangkannya. Dan apa yang engkau sebutkan tentang umur maka aku juga sama (sudah berumur). Dan yang engkau sebutkan tentang banyaknya anak, maka anakmu adalah tanggunganku.’<br />
<br />
Aku berkata: ‘Aku menyerahkan diriku kepada Rasulullah.’ Lalu beliau menikahiku.<br />
<br />
Ummu Salamah berkata setelah itu: “Allah telah menggantikan untukku yang lebih baik dari Abu Salamah, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.” (HR. Ahmad)<br />
<br />
Ini merupakan bukti dari firman Allah:<br />
<br />
وَبَشِّرِ الصَّابِرِيْنَ<br />
<br />
“Dan berilah berita gembira bagi orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah: 155)<br />
<br />
Yaitu adakalanya seseorang diberi ganti oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan yang lebih baik. Seperti yang dialami Ummu Salamah ketika suaminya meninggal. Ketika Ummu Salamah mengikuti Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan mengucapkan apa yang beliau perintahkan dengan penuh ketaatan, Allah Subhanahu wa Ta’ala ganti dengan yang lebih baik darinya, yaitu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sesungguhnya kebaikan adalah apa yang dikatakan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya sedangkan kesesatan serta kecelakaan ada pada penyelisihan terhadap Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya.<br />
<br />
Tatkala Ummu Salamah tahu bahwa segala kebaikan yang ada di alam ini -baik umum atau khusus- datangnya dari sisi Allah, dan bahwa segala kejelekan yang ada di alam ini yang khusus menimpa hamba dikarenakan menyelisihi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya, maka ketika Ummu Salamah mengucapkan kalimat tersebut ia mendapatkan kemuliaan mendampingi Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam di dunia dan akhirat. Terkadang pula dengan kalimat istirja’ tadi seorang hamba mendapatkan kedudukan yang tinggi dan pahala yang besar.<br />
<br />
Kalimat ini (إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ) mengandung obat/penghibur dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya bagi orang yang ditimpa musibah. Kalimat ini adalah sesuatu yang paling tepat dalam menghadapi musibah dan lebih bermanfaat bagi hamba untuk di dunia ini dan akhirat kelak. Karena di dalamnya terkandung pengakuan yang tulus bahwa hamba ini, jiwanya, keluarganya, hartanya dan anaknya adalah milik Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah jadikan itu semua sebagai titipan yang ada pada hamba. Jika Allah mengambilnya maka itu seperti seseorang yang mengambil barang yang dipinjam oleh peminjam.<br />
<br />
Kalimat ini juga mengandung pengukuhan bahwa kembalinya hamba hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Seseorang pasti akan meninggalkan dunia ini di belakang punggungnya. Ia akan menghadap Allah Subhanahu wa Ta’ala pada hari kiamat sendirian, sebagaimana awal mulanya. Tiada keluarga dan harta yang bersamanya. Ia akan datang nanti dengan membawa amal kebaikan dan amal kejelekan.<br />
<br />
Penghibur Kesedihan<br />
<br />
Sebagian orang menyangka bahwa orang yang ditimpa penyakit atau semisalnya adalah orang yang dimurkai Allah Subhanahu wa Ta’ala, padahal tidak seperti itu kenyataannya. Karena terkadang seorang diuji dengan penyakit dan musibah padahal ia seorang yang mulia disisi-Nya seperti para nabi, rasul, dan orang shalih. Sebagaimana yang dialami Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika masih di Makkah, saat perang Uhud dan Ahzab serta ketika wafatnya. Musibah juga menimpa Nabi Ayyub, Nabi Yunus, dan nabi yang lainnya ‘alaihimussalam. Itu semua untuk mengangkat kedudukan mereka dan dibesarkannya pahala serta sebagai contoh (kesabaran) bagi orang yang datang setelah mereka.<br />
<br />
Terkadang seorang diuji dengan kesenangan -seperti harta yang banyak, istri, anak-anak, dan lainnya- namun tidak sepantasnya untuk dikatakan sebagai orang yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala jika ia tidak melakukan ketaatan kepada-Nya. Orang yang mendapatkan itu semua bisa jadi memang orang yang dicintai Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan bisa jadi orang yang dimurkai-Nya.<br />
<br />
Keadaannya berbeda-beda, sedangkan kecintaan di sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala bukanlah karena kedudukan, anak, harta dan jabatan. Kecintaan di sisi-Nya diraih dengan amal shalih, takwa dan kembali kepada Allah serta melaksanakan hak-hak-Nya. (lihat Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Baz, 7/150-151)<br />
<br />
Seorang mukmin hendaklah yakin bahwa apa yang ditakdirkan Allah Subhanahu wa Ta’ala niscaya akan menimpanya, tidak meleset sedikit pun. Sedangkan apa yang tidak ditakdirkan oleh-Nya pasti tidak akan menimpanya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
مَا أَصَابَ مِنْ مُصِيْبَةٍ فِي اْلأَرْضِ وَلاَ فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللهِ يَسِيْرٌ. لِكَيْ لاَ تَأْسَوْا عَلَى مَا فَاتَكُمْ وَلاَ تَفْرَحُوا بِمَا ءَاتَاكُمْ وَاللهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُوْرٍ<br />
<br />
“Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (Al-Hadid: 22-23)<br />
<br />
Seseorang yang ditimpa musibah hendaklah melihat apa yang ada dalam Kitabullah dan Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Niscaya ia akan mendapatkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan sesuatu yang lebih besar dari lenyapnya musibah, bagi orang yang sabar dan ridha. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُوْنَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ<br />
<br />
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az-Zumar: 10)<br />
<br />
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ<br />
<br />
“Senantiasa bala` (cobaan) menimpa seorang mukmin dan mukminah pada tubuhnya, harta dan anaknya, sehingga ia berjumpa dengan Allah dalam keadaan tidak memiliki dosa.” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi, dan lainnya, dan dinyatakan hasan shahih oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Sunan At-Tirmidzi, 2/565 no. 2399)<br />
<br />
Seorang yang ditimpa musibah hendaklah tahu bahwa di setiap sudut kampung dan kota bahkan setiap rumah, ada orang yang tertimpa musibah. Di antara mereka ada yang terkena musibah sekali dan ada pula yang berkali-kali. Hal itu tidak terputus sampai seluruh anggota keluarga terkena semua. Dengan demikian ia akan merasakan ringannya musibah karena bukan hanya dia yang terkena cobaan.<br />
<br />
Jika melihat ke kanan, ia tidak melihat kecuali orang yang terkena musibah. Dan jika melihat ke kiri, ia tidak melihat kecuali orang yang sedih. Bila orang yang terkena musibah tahu bahwa jika dia memerhatikan alam ini tidaklah ia melihat kecuali di tengah-tengah mereka ada yang terkena musibah, baik dengan lenyapnya sesuatu yang dicintai atau tertimpa dengan sesuatu yang tidak mengenakkan. Maka dia akan tahu bahwa kebahagiaan dunia hanyalah seperti mimpi dalam tidur atau bayangan yang lenyap. Jika kesenangan dunia membuat tertawa sedikit, ia akan menjadikan tangis yang banyak. Dan tidaklah suatu rumah dipenuhi keceriaan kecuali suatu saat akan dipenuhi ratap tangis. Muhammad bin Sirin berkata: “Tiada suatu tawa kecuali setelahnya akan datang tangis.”<br />
<br />
Seorang hamba melihat dengan mata hatinya sehingga ia tahu bahwa pahitnya kehidupan dunia itu adalah suatu hal yang manis di akhirat dan manisnya dunia merupakan perkara yang pahit di negeri akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala lah yang membaliknya. Lihatlah sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:<br />
<br />
يُؤْتَى بِأَنْعَمِ أَهْلِ الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ النَّارِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فيُصْبَغُ فِي النَّارِ صَبْغَةً ثُمَّ يُقَالُ: يَا ابْنَ آدَمَ، هَلْ رَأَيْتَ خَيْرًا قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ نَعِيْمٌ قَطُّ؟ فَيَقُوْلُ: لاَ، وَاللهِ يَا رَبِّ. وَيُؤْتَى بِأَشَدِّ النَّاسِ بُؤْسًا فِي الدُّنْيَا مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيُصْبَغُ صَبْغَةً فِي الْجَنَّةِ فَيُقَالُ لَهُ: يَا ابْنَ آدَمَ، هَلْ رَأَيْتَ بُؤْسًا قَطُّ؟ هَلْ مَرَّ بِكَ شِدَّةٌ قَطُّ؟ فَيَقُوْلُ: لاَ، وَاللهِ يَا رَبِّ، مَا مَرَّ بِي بُؤْسٌ وَلاَ رَأَيْتُ شِدَّةً قَطُّ<br />
<br />
Di hari kiamat nanti akan didatangkan seorang penduduk dunia yang paling mendapatkan nikmat dari penghuni neraka, lalu ia dicelupkan ke dalam neraka sekali celupan, kemudian ditanya: “Wahai anak keturunan Adam, apakah kamu pernah melihat kebaikan? Apakah kamu pernah mendapatkan kenikmatan?” Ia menjawab: “Tidak, demi Allah, wahai Rabbku.” Dan akan didatangkan seorang yang paling menderita di dunia dari penduduk surga lalu ia dicelupkan ke dalam surga sekali celupan, kemudian ditanya: “Wahai anak keturunan Adam, pernahkah kamu melihat penderitaan? Pernahkah kamu merasakan kesengsaraan?” Ia menjawab: “Tidak demi Allah, wahai Rabbku. Tidak pernah aku mengalami penderitaan dan tidak pernah melihat kesengsaraan.” (HR. Muslim no. 2807)<br />
<br />
Orang yang ditimpa musibah hendaklah meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bertawakal kepada-Nya. Hendaklah ia tahu bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala bersama orang-orang yang sabar.<br />
<br />
Hendaklah orang yang ditimpa musibah memantapkan dirinya sehingga tahu bahwa musibah yang datang kepadanya itu datang dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala, sesuai dengan keputusan dan takdir-Nya. Hendaknya dia menyadari pula bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidaklah menakdirkan musibah kepadanya untuk membinasakan dan menyiksanya, tetapi Ia mengujinya untuk diuji kesabaran dan keridhaannya serta pengaduannya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.<br />
<br />
‘ Hendaklah diketahui bahwa musibah yang paling besar adalah musibah yang menimpa agama seorang. Seperti seseorang yang dahulu rajin ibadah, namun kini bermalas-malasan, atau orang yang dulunya taat kini meninggalkannya dan suka dengan kemaksiatan. Inilah musibah yang tidak ada keberuntungannya sama sekali.<br />
<br />
‘Al-Imam Ibnul Jauzi menyebutkan beberapa perkara untuk mengobati musibah sehingga seorang tidak berlarut-larut dalam kesedihan yang bisa membinasakan dan mengabaikan hak dan kewajiban, yaitu:<br />
<br />
- Mengetahui bahwa dunia tempat ujian dan petaka serta bahwa musibah suatu hal yang pasti terjadi.<br />
<br />
- Memperkirakan adanya orang yang ditimpa musibah lebih besar dan banyak dari musibahnya, serta melihat keadaan orang yang ditimpa musibah seperti musibahnya sehingga ia terhibur karena bukan hanya dia saja yang terkena musibah.<br />
<br />
- Meminta ganti yang lebih baik kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan mengharap pahala dari kesabarannya.<br />
<br />
(Diambil dari kitab Tasliyatu Ahlil Masha`ib karya Al-Imam Muhammad Al-Munbajja Al-Hanbali -dengan ringkas- hal. 13-22)<br />
<br />
Faedah di Balik Musibah<br />
<br />
Allah Maha Bijaksana, tiada keputusan dan ketentuan-Nya yang lepas dari hikmah. Tidak terkecuali dengan perkara musibah ini. Kalaulah seandainya tidak ada faedah dari musibah ini kecuali sebagai penghapus dosa di mana itu saja sudah mencukupi, bagaimana kiranya jika di sana ada setumpuk faedah? Subhanallah!<br />
<br />
Shahabat Ibnu Mas’ud berkata: “Aku masuk kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan beliau sedang demam, aku berkata: ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau sangat demam.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Benar, sesungguhnya aku merasakan demam seperti demamnya dua orang di antara kalian.’ Aku berkata: ‘Yang demikian karena engkau mendapat pahala dua kali lipat.’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: ‘Benar, memang seperti itu. Tiada seorang muslim pun yang ditimpa sesuatu yang mengganggu, sakit atau selainnya kecuali Allah akan mengampuni dosanya seperti pohon yang merontokkan daunnya’.” (HR. Muslim no. 2571, Kitabul Birri wash Shilah)<br />
<br />
Berikut ini beberapa faedah dari musibah:<br />
<br />
1. Musibah yang menimpa menunjukkan kepada manusia akan kekuasaan Allah dan lemahnya hamba.<br />
<br />
2. Musibah menjadikan hamba menuluskan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, karena tiada tempat untuk mengadukan petaka kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tiada tempat bersandar agar tersingkapnya petaka kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ<br />
<br />
“Maka apabila mereka naik kapal mereka berdoa kepada Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya.” (Al-’Ankabut: 65)<br />
<br />
3. Musibah menjadikan seorang kembali kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan bersimpuh di hadapan-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
وَإِذَا مَسَّ اْلإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيْبًا إِلَيْهِ<br />
<br />
“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudaratan, dia memohon (pertolongan) kepada Rabbnya dengan kembali kepada-Nya.“ (Az-Zumar: 8)<br />
<br />
4. Musibah menjadikan seorang mempunyai sifat penyantun dan pemaaf terhadap orang yang melakukan kesalahan kepadanya.<br />
<br />
5. Musibah menyebabkan seorang bersabar atasnya. Dan sabar menyebabkan datangnya kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala serta pahala-Nya yang banyak. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
وَاللهُ يُحِبُّ الصَّابِرِيْنَ<br />
<br />
“Dan Allah cinta orang-arang yang sabar.” (Al-’Imran: 146)<br />
<br />
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
مَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ<br />
<br />
“Tidaklah seorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” (HR. Al-Bukhari no. 781)<br />
<br />
6. Bergembira dengan musibah karena besarnya faedah dari musibah ini. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:<br />
<br />
وَإِنْ كَانَ أَحَدُهُمْ لَيَفْرَحُ بِالْبَلاَءِ كَمَا يَفْرَحُ أَحَدُكُمْ بِالرَّخَاءِ<br />
<br />
“Dan sungguh salah seorang dari mereka (yakni orang-orang yang shalih) merasakan senang terhadap bala` (musibah) seperti salah seorang kalian suka terhadap kemakmuran.” (Shahih Sunan Ibnu Majah, 3/318, no. 3266)<br />
<br />
7. Musibah akan membersihkan dosa dan kesalahan.<br />
<br />
8. Musibah akan menumbuhkan sifat belas kasihan pada diri seseorang terhadap yang ditimpa musibah dan membantu untuk meringankan beban mereka.<br />
<br />
9. Mengetahui besarnya nikmat sehat serta mensyukurinya, karena nikmat tidaklah diketahui kadar besarnya kecuali setelah tidak adanya.<br />
<br />
10. Di balik dari musibah ada faedah-faedah yang tersembunyi. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
فَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَيَجْعَلَ اللهُ فِيْهِ خَيْرًا كَثِيْرًا<br />
<br />
“Mungkin kalian tidak menyukai sesuatu padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.” (An-Nisa`: 19)<br />
<br />
Tatkala raja yang bengis hendak merampas Sarah (istri Nabi Ibrahim ‘alaihissalam) dari Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, ternyata di balik musibah itu sang raja akhirnya memberikan seorang pembantu yang bernama Hajar kepada Sarah. Dari Hajar (istri Ibrahim ‘alaihissalam), lahirlah Isma’il, dan di antara keturunan Isma’il adalah penutup para nabi dan rasul yaitu Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.<br />
<br />
11. Musibah dan penderitaan akan menghalangi sifat sombong, angkuh, dan kebengisan. Kalaulah raja Namrud yang kafir itu seorang yang fakir, sakit-sakitan, tuli dan buta, tentulah ia tidak akan membantah Nabi Ibrahim tentang Rabbnya. Namun keangkuhan kekuasaan itulah yang menyebabkan Namrud menentang Ibrahim. Dan seandainya Fir’aun itu fakir dan sakit-sakitan tentu ia tidak akan mengatakan: ‘Sayalah Rabb kalian yang paling tinggi.’<br />
<br />
Allah berfirman:<br />
<br />
إِنَّ اْلإِنْسَانَ لَيَطْغَى. أَنْ رَآهُ اسْتَغْنَى<br />
<br />
“Sesungguhnya manusia benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup.” (Al-’Alaq: 6-7)<br />
<br />
Dan firman-Nya:<br />
<br />
وَمَا أَرْسَلْنَا فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيْرٍ إِلاَّ قَالَ مُتْرَفُوْهَا إِنَّا بِمَا أُرْسِلْتُمْ بِهِ كَافِرُوْنَ<br />
<br />
“Dan kami tidak mengutus kepada suatu negeri seorang pemberi peringatan pun melainkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu berkata: ‘Sesungguhnya kami mengingkari apa yang kamu diutus untuk menyampaikannya’.” (As-Saba: 34)<br />
<br />
Sedangkan orang-orang fakir dan lemah mereka banyak yang menjadi wali-wali Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pengikut para Nabi. Karena faedah-faedah yang mulia ini, maka orang yang paling besar cobaannya adalah para nabi, kemudian yang semisal mereka, kemudian yang semisalnya. Mereka dituduh sebagai orang-orang gila, tukang sihir, dan sekian ejekan lainnya. Namun mereka bersabar atas pendustaan dan gangguan orang-orang kafir tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
لَتُبْلَوُنَّ فِي أَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِيْنَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِيْنَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيْرًا<br />
<br />
“Kalian sungguh-sungguh akan diuji terhadap harta dan diri kalian, dan juga kalian sungguh-sungguh akan mendengar dari orang-orang yang diberi kitab sebelum kalian dan dari orang-orang yang mempersekutukan Allah, gangguan yang banyak.” (Ali ‘Imran: 186) [Dinukil dari Tafsir Al-Qasimi -dengan ringkas- 1/405-409]<br />
<br />
Kewajiban Bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Merendahkan Diri di Hadapan-Nya ketika Datang Musibah<br />
<br />
Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah-Nya yang mendalam menguji hamba-Nya dengan kesenangan dan penderitaan untuk menguji kesabaran dan syukur mereka. Barangsiapa bersabar ketika mendapat musibah dan bersyukur ketika mendapat nikmat serta bersimpuh di hadapan-Nya saat mendapat cobaan, dengan mengadu kepada-Nya akan dosa dan kekurangannya serta memohon rahmat dan ampunan-Nya, sungguh ia telah beruntung dan meraih kesudahan yang baik. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ<br />
<br />
“Dan Kami uji mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang jelek-jelek agar mereka kembali (kepada kebenaran).” (Al-A’raf: 168)<br />
<br />
Dan firman-Nya:<br />
<br />
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ<br />
<br />
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Ar-Ruum: 41)<br />
<br />
Yang dimaksud dengan kebaikan di sini adalah nikmat seperti kesuburan, kemakmuran, kesehatan, dimenangkan atas musuh dan semisalnya. Sedangkan yang dimaksud dengan kejelekan adalah musibah seperti penyakit, dikuasai oleh musuh, gempa, angin topan, banjir yang menghancurkan dan semisalnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala uji dengan itu semua agar manusia kembali ke jalan yang benar, segera bertaubat dari dosa dan bergegas menuju ketaatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasul-Nya. Karena kekufuran dan maksiat adalah sumber segala bencana di dunia dan di akhirat. Adapun beriman kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, menaati Rasul-Nya dan berpegang teguh dengan syariat-Nya adalah sumber kemuliaan dunia dan akhirat. Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan hamba-Nya untuk bertaubat kepada-Nya di saat turunnya musibah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:<br />
<br />
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا إِلَى أُمَمٍ مِنْ قَبْلِكَ فَأَخَذْنَاهُمْ بِالْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ لَعَلَّهُمْ يَتَضَرَّعُوْنَ. فَلَوْلاَ إِذْ جَاءَهُمْ بَأْسُنَا تَضَرَّعُوا وَلَكِنْ قَسَتْ قُلُوْبُهُمْ وَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ مَا كَانُوا يَعْمَلُوْنَ<br />
<br />
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan supaya mereka bermohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri. Maka mengapa mereka tidak memohon (kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan tunduk merendahkan diri ketika datang siksaan Kami kepada mereka, bahkan hati mereka telah menjadi keras dan setan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan.” (Al-An’am: 42-43)<br />
<br />
Telah shahih riwayat dari Amirul Mukminin Umar bin Abdul ‘Aziz rahimahullahu bahwa beliau menulis surat kepada para gubernurnya ketika terjadi gempa di zamannya. Beliau menyuruh mereka untuk memerintahkan kaum muslimin supaya bertaubat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, merendahkan diri di hadapan-Nya, dan beristighfar dari dosa-dosa. (lihat Majmu’ Fatawa Asy-Syaikh Ibnu Baz, 2/126-129)<br />
<br />
Wallahu a’lam bish-shawab.<br />
<br />
Dikutip dari http://www.asysyariah.com, Penulis: Al-Ustadz Abdul Mu’thi Sutarman, Lc, Judul: Pelipur Lara Saat Musibah dan Bencana<br />
<br />
Diarsipkan pada: http://qurandansunnah.wordpress.com/Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-29361275959357588762012-10-17T10:59:00.002+07:002012-10-17T10:59:20.236+07:00AL - HIKMAH YAUMI<i><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">ILMU itu HAKIM atau PENGHUKUM; HARTA adalah TERHUKUM.</span></i><br />
<i><span style="font-family: Courier New, Courier, monospace;">ILMU semakin bernilai dan berharga karena berkembang; HARTA benda semakin bernilai karena semakin langkah. ...(aL-HikMah)...</span></i>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4103427138845708038.post-50250440587004274012012-10-15T15:01:00.000+07:002017-10-10T14:49:12.750+07:007 Perkara yang menghancurkan !!!<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpyBht-er3Tua9pe3-b5Q6zwaabjjVvbRGhhpPHn5Du6fmxy4vlDZdJjNIjm7Rdt9cJChZcDtFLLnhI-zUF_fcgk6LXlQ5f5_JavOJa-OmezUtsLyoNVU7O0QG-1AVTRzX3-nPhrrJ6ZY/s1600/IMG_20151026_133923-730269.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" data-original-height="146" data-original-width="400" height="72" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpyBht-er3Tua9pe3-b5Q6zwaabjjVvbRGhhpPHn5Du6fmxy4vlDZdJjNIjm7Rdt9cJChZcDtFLLnhI-zUF_fcgk6LXlQ5f5_JavOJa-OmezUtsLyoNVU7O0QG-1AVTRzX3-nPhrrJ6ZY/s200/IMG_20151026_133923-730269.jpg" width="200" /></a></div>
Abu Hurairah berkata, "Nabi Muhammad SAW bersabda, 'Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang menghancurkan. Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah SAW apa itu ? 'Rasulullah SAW bersabda,<br />
<br />
<ol>
<li>Syirik kepada Allah SWT, </li>
<li>Sihir,</li>
<li>Membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah SWT tanpa hak,</li>
<li>Memakan riba</li>
<li>Memakan harta anak yatim, </li>
<li>Lari dari medan laga, dan</li>
<li>Menuduh berzina wanita-wanita suci dan beriman padahal mereka lalai dari perbuatan demikian (berzina)</li>
</ol>
"HR Al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud"<br />
<br />Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05272318065823158144noreply@blogger.com0